Prolog
Perkenalan Kelas : Assalaamualaikum, Wr. Wb. Kami dari kelas 12 IPA 1 akan
menampilakn sebuah Pergelaran Seni Drama yang berjudul “Antara Selendang dan
Kanvas”. Selamat menyaksikan !
Ket : Layar ( Jika bentuk drama /
teater ) – Setting tidak dibaca
Layar dibuka . . .
ADEGAN 1
Setting :
Panggung dalam bentuk gedung kesenian dengan berbagai dekorasi pendukung
(Lukisan hasil dari kreasi Bobi), disertai kursi penonton (banyak) dan
pemerhati seni (4 org). Acara dibuka oleh 2 org MC secara bergantiansetelah itu
penampilan seni tanpa ada komanda MC lagi.
MC ( Pa + Pi ) :
“Assalaamualaikum, Wr. Wb. Selamat siang semuanya. Pertama-tama, marilah kita
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yangtelah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani kepada kita, sehingga kita dapat berkumpul di
Gedung Kesenian yang megah ini dalam rangka Pergelaran Pentas Seni dengan tema “Loved Art and Culture Indonesia,
Show Your Talent”dengan
penuh rahmat Illahi”
“Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah-limpahkan kepada baginda alam, yakni
Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umat
akhir zaman. Amin”
“Para
Pemerhati Seni yang saya hormati dan juga tamu undangan spesial kita pelukis
terbaik se-Indonesia saat ini, yaitu Bobi Faisal Nugraha”(4 org pemerhati seni& bobi berdiri)
“Dalam
pergelaran seni ini ada beberapa karya seni yang akan ditampilkan, diantaranya
adalah Membaca Puisi besutan “Sanggar Bengkel Teater”, Tari Tradisional besutan
“Sanggar Teater Populer”, Tari Modern besutan “Sanggar Teater Koma, dan Seni
Musik besutan “Sanggar Teater Mandiri”
“Untuk itu,
selamat menyaksikan”(penonton bertepuk
tangan)
Layar ditutup . . . (Sebentar)
Layar dibuka . . . (Ketika penampil
ke-1 sudah standby diatas panggung)
Setting : Penampilan seni setiap bidang, dimulai dari Membaca
Puisi, Tari Tradisional (Riani), Tari Modern (rere), dan Musik. Setelah seluruh
penampilan selesai, ke-4 pemerhati seni dan Bobi berdiri (bertepuk tangan), setelah
itu diikuti oleh seluruh penonton.
Layar ditutup . . . (Ketika
seluruh penampilan selesai, dan penonton bertepuk tangan)
Prolog Adegan
1 : Terlukis indah cerita cinta berawal dai gedung kesenian itu, Riani sang
penari tradisional dengan segala ke’elokan wiraganya dan Bobi sang pelukis
handal dengan segala tarian kanvasnya. Mereka saling bertegur sapa dalam
pikiran masing-masing, saling mengagumi dan salingtertarik.
Setting : Background/dekorasi
panggung (pemandangan, pedesaan, bukit, banyak tanaman indah, bunga-bunga).
Bobi sedang asik melukis diatas kanvasnya, disisi lain ada sekelompok gadis
sedang berlatih tarian tradisional. Mereka tidak mengetahui keberadaan
satu-sama lain.
Lama-kelamaan Bobi baru tahu ada
sekelompok gadis penari, dan sekejap terpana melihat gerak cantik mereka.
Lanjut cerita, latihan tari selesai, teman Riani pulang dan Bobi menghampiri Riani
yang masih membereskan peralatan latihannya.
Bobi : “Riani ya? Penari Tradisional
yang kemarin tampil itu kan?”
Riani : (Malu, Kikuk/Grogi). “I....ya mas. Mas siapa ya?”
Bobi : “Wah, beruntung sekali ya bisa bertemu mbak,
tariannya indah sekali aku sangat suka, apalagi pada saat di gedung kesenian
itu. Menakjubkan (tertawa kecil)
Riani : (Malu,
Kikuk/Grogi). “Maaf mas, aku buru-buru”
Bobi : (Merasa
percaya diri). “Mau kemana mbak? Mbak tidak kenalaku? Aku kan pelukis.
karya-karya aku ditempel di gedung kesenian itu sewaktu mbak pentas kemarin”
Riani : (Malu, Kikuk/Grogi).Oh
iya mas, karya-karya mas sangat bagus. Maaf mas permisi” (Riani bergegas pergi)
Bobi : “Eh, mbak. Aku belum menyebutkan nama. Namuku Bobi
Faisal Nugraha. Ingat ya. (tersenyum
lebar, bahagia, sumringah senang)
Setting : Bobi melanjutkan melukisnya sambil
tersenyum lebar, bahagia, sumringah senang.
Layar
ditutup . . .
Prolog Adegan
2 : Sehari kemudian setelah pertemuan singkat itu, bobi kembali ketempat pertemuan
mereka disebuah bukit lapang dengan sejuta pemandangan menawan yang sering digunakan
latihan tari tradisional oleh Riani. Bobi berniat diam-diam melukis Riani
ketika sedang memainkan gerak tubuhnya.
Layar
dibuka . . .
Setting : Bobi melukis diam-diam
paras Riani, disudut lain Riani sedang latihan tari tradisional dengan
teman-temannya.
Bobi : (Tertawa
kecil ). “Semangat aku kalau setiap objek lukis seperti ini, tidak akan ada
bosannya. Elok nian itu cewek, membuat mata dan tangan ini tak henti menari
dikanvas”
Setting
: Setelah Riani selesai latihan, kembali Bobi menghampiri Riani dengan hasil
lukisannya.
Bobi :
“Hai mbak, ketemu lagi. (Hehe). Sudah
ya mbak latihannya? Bisa ngobrol sebentar?”
Riani :
(Malu, Kikuk/Grogi). “Maaf mas, ada
apa lagi ya?”
Bobi :
(Tertawa kecil ). “Pengen kenalan saja mbak, aku orang baik kok”
Riani :
(Malu, Kikuk/Grogi). “Tapi aku tidak
bisa lama-lama sudah ditunggu ibu dirumah”
Bobi : “Oh iya sudah tidak apa-apa, aku hanya ingin
memberikan ini hasil lukisan ku tadi, itung-itung tanda perkenalan dariku saja”
Riani : (Mengambilnya
dan melihat termenung malu). “Mas memperhatikan aku ya dari tadi?
Terimakasih mas, permisi Assaalamualaikum” (Berlari
dengan senyuman malu).
Layar
ditutup . . .
Layar
dibuka . . .
Setting
: Dikamar Riani. Riani sedang memandangi/mencermati lukisan hasil pemberian
Bobi. Riani tak henti tersenyum malu senang. Dan tak henti pula meraba (dalam
perasaan : wah, mirip sekali ya, pelukis yang hebat). Riani tertidur (posisi
duduk) sambil memegang lukisan itu. Dan memimpikan Bobi. Riani mulai merasakan
kedekatan dan ketertarikan.
Prolog Adegan
3 : Seiring berjalannya waktu kedekatan antara Bobi dan Riani semakin erat.
Merekapun kembali bertemu diatas bukit, saksi pertemuan awal mereka. Namun
indahnya paduan lukis dan tari itu terkikis dengan kedatangan seorang gadis
bernama Rere.
Rere : “Bobi ! Siap dia? Apa-apaan ini? Jadi selama ini
dia yang sudah merusak hubungan kita?Heh, siapa lho? (sambil mendorong bahu Riani). Berani-beraninya lho menggoda pacar
gue.
Bobi : “Rere ! keterlaluan kamu ! Riani tidak tahu apa-apa
tentang masalah kita ! kita sudah putus, ingat itu !“ (sambil merangkul Riani).
Rere : “Dia sudah merusak hubungan kita ! pergi lho dari
sini cewek sialan ! ”
Bobi : “Sudah cukup, hentikan semua ini ! “
Raini : “Tidak apa-apa mas, aku yang akan pergi" (bergegas lari menangis)
Rere : “Pergi saja sana cewek gatel ! (hahaha)
Bobi : “Kamu itu sudah kelewat batas ! urusan kita belum
selesai ! “ (lari mengejar Riani)
Rere : “Eh, mas mau kemana? Tunggu mas,
bobiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii !
Layar
ditutup . . .
Prolog Adegan
4 : Bobi pun berhasil mengejar Riani dan segera merangkul tangisannya. Dengan
sejuta linangan air mata, Riani mengekspresikan kesedihannya.
Layar
dibuka . . .
Setting :Awalnya merangkul sambil berdiri, setelah itu merangkul
terduduk
Bobi : “Riani, maafkan mas. Mas tidak menyangka akan
seperti ini. wanita itu adalah mantan mas dulu. Maafkan mas.
Riani : “Aku memang tidak pantas untukmu mas, kita beda
derajat. Mas orang berada, sedangkan aku hanya gadis kampung biasa, hanya
seorang penari mas tidak lebih”
Bobi : “Jangan begitu Riani, jujur mas mencintaimu setulus
hati mas. Mas menyayangimu melebihi lukisan mas. Percayalah Riani”
Riani : “Tapi mas, akan banyak orang yang menentang hubungan
kita. Keluargamu, keluargaku dan yang lainnya”
Bobi : “Mas tidak peduli akan itu, kita berdua Riani,
berjuang bersama”
Riani : “Terimakasih mas, sudah jadi penenang hati ini”
Prolog Adegan
4 (lanjutan) : Datanglah orangtua Bobi dengan Rere bersama bodiguard untuk
memisahkan mereka.
Ibu Bobi : “Sudah cukup Bobi, hentikan kekeliruan ini ! Ayo pergi !
tinggalkan gadis kampung itu ! kamu sudah terlalu jauh terjerumus akan
guna-guna pelet dia !
Ayah Bobi : (Menampar Bobi). Anak
tak tahu malu ! berani-beraninya kamu ! memalukan !
Rere : “Om-Tante, ayo pergi dari sini. Bobi, ayah-ibumu sudah
berbaik hati menjemputmu kesini”(ekspresi
seakan-akan baik)
Bobi : “Diam kamu Re, jangan ikut campur ! “
Ayah Bobi : (Memisahkan paksa Bobi
dan Riani, mendorong Riani dan membawa Bobi dengan Bodyguardnya)
Rere : “Syukurin lho cewek kampung ! “ (mereka semua pergi)
Layar
ditutup . . .
Prolog Adegan 5 : Hubungan yang telah terjalin erat, terputus oleh
sebuah tali pertentangan dari pihak sang lelaki. Riani pergi meninggalkan Bobi
meski hatinya masih bersama Bobi. Bukan hal mudah melupakan seseorang yang
dicintai hal itulah yang dialami Riani dan Bobi. Riani, sejak kejadian itu dia
menjadi seorang yang sangat tertutup dan kondisi tubuhnya pun semakin hari
semakin lemah. Bobi, menjadi seorang yang urak-urakan dan lebih sering menghabiskan waktunya di diskotik sambil
berpesta narkoba. Lama sudah ia meninggalkan kanvas dan kuas kesayangannya. Itu
semua akibat dari perpisahan dua insan yang dilanda asmara.
Layar dibuka . . .
Setting : Panggung
dibagi 2 dengan sekat (kain hitam seakan-akan sedang didua tempat berbeda).
Bobi dan Riani dalam 2 tempat tersebut. Bobi sedang meminum minuman keras dan
narkoba bersama temannya. Sedangkan Riana lemah tak berdaya dikamar sambil
menangisà datang ibunya menghibur.
Prolog
Adegan 5 (lanjutan) : Kondisi semakin lemah, ibunya berusaha menghibur namun
tak berhasil. Ayahnya datang dan membicarakan perjodohan. Riani menolak dan
ayahnya semakin kesal.
Ayah Riani : “Sudahlah Riani jangan bersedih terus ! lupakan dia. Ayah
akan menjodohkanmu dengan laki-laki pilihan ayah”
Ibu Riani : “Ayah, Riani sedang bersedih, jangan tambah kesedihannya
dengan rencana ayah itu”
Ayah Riani : “Ibu jangan ikut campur, si Bobi itu hanya akan membuat anak
kita semakin sakit hati saja”
Riani : “Maaf ayah, tapi aku mencintai Bobi. Aku tidak mau
dijodohkan.
Ayah Riani : “Kamu mau mengharapkan apa lagi dari laki-laki brengsek itu !
“
Riani : “Tapi aku sangat mencintainya ayah, aku tidak mau
berpisah dengannya”
Ayah Riani : (Menampar Riani)
Ibu Riani : “Sudah cukup ayah ! ayah sudah keterlaluan ! Riani anakmu,
darah dagingmu ! jangan sakiti dia ! bisa kita bicarakan baik-baik ! “
Riani : “Terimakasih atas kasih sayang ayah selama ini, tapi
aku tetap mencintai Bobi”
Ayah Riani : “Persetan semua itu ! “
Setting : Ayah keluar kamar Riani, ibu
mengejar aya.
Layar ditutup . . .
Setting : Ibu melihat dari kejauhan kondisi Bobi.
Prolog Adegan 6 : Hati ibunda Bobi semakin teriris melihat tubuh
anaknya yang semakin kurus dan muka yang begitu pucat akibat pengaruh
obat-obatan. Hatinya pun mulai tersentuh dan menyadari betapa besar cinta
anaknya itu. Ia pun mengajak anaknya untuk menemui Riani.
Prolog Adegan 6 (lanjutan 1) : Namun semua terlambat, hingga suatu hari ayah Riani memaksakan
kembali untuk menjodohkan Riani dengan seorang pemuda asal suku mereka sendiri.
Dia terlihat gagah, berkarisma dan ahli dalam bela diri pencak silat. Namun,
usahanya tetap ditentang oleh Riani yang masih hidup dalam bayangan Bobi.
Ayahnya pun semakin kesal.
Prolog
Adegan 6 (lanjutan 2) : Tepat saat hari lamaran Riani, Bobi datang ke desa
Riani bersama ibundanya.
Layar dibuka . . .
Bobi :
“Riani ! Aku datang untukmu”
Riani :
“Mas Bobi ! “ (Bergegas menghampiri)
Calon Riani :
“Heh, mau apa anda kesini ! Jangan ganggu acara ini ! “
Ibu Bobi : “Kami datang baik-baik mas, saya hanya mengantar putra
saya”
Calon Riani : “Heh, ibu tua jangan ikut campur urusan
anak muda, pergi sana ! sudah bau tanah juga ! “
Bobi : “Cukup ! Anda sudah tidak sopan kepada ibu saya !
saya tidak ada urusan dengan anda. saya tidak kenal anda. Saya hanya ingin
bertemu dengan Riani. Beri saya jalan !
Calon Riani : “Perlu anda ketahui saya adalah calon
suami Riani” (hahaha)
Bobi+Riani : (Saling menatap)
Riani : (Sedikit
berteriak). ”Aku dipaksa dijodohkan
mas. Tolong aku ! bawa aku pergi dari sini !
Calon Riani : (Mencegah
Riani menghampiri Bobi)
Setting : Bobi berusaha mengambil paksa Riani dari tangan Calon
Suaminya. Perkelahian terjadi dan calon suami Riani menusuk Bobi dengan pisau
yang ada dibelakang bajunya. Bobi pun tersungkur tak berdaya dengan berlumur
darah. Seketika semua orang kaget dan segera menghampiri Bobi. Riani terpaku,
seketika menangis dan menghampiri Bobi. Namun ayahnya mengejar Riani, tak sadar
ayahnya terpeleset dan tak sengaja mendorong Riani hingga kepalanya terbentur
benda tajam (ujung kursi, hiasan, vas, gucci, benda tajam) hingga Riani tak
sadarkan diri.
Epilog Cerita : Cinta mereka berubah menjadi darah, mencekam dan
tak dapat dinalar alam pikiran. Sungguh tragis, dua insan berbeda keyakinan akan
estetika. Pelukis dan penari, selendang dan kanvas, modern dan tradisional,
menjadi satu, menjadi saksi kekuatan cinta, menjadi bukti keagungan akan satu
kebahagiaan abadi, akhirnya cucuran darahlah yang menebus kesetiaan. “Antara
Selendang dan Kanvas”
Epilog Penutupan : Cukup sekian dari kelas 12 IPA 1, mohon maaf
apabila banyak kekurangan dan terimakasih atas segala perhatiannya. Wassalaamualaikum, Wr. Wb.
Created by : M.H.P