Jalan
Cinta
Oleh:
Ariska Purwanti
Di malam yang sunyi tampak bulan sedang bercanda rayu
dengan ribuan bintang, anginpun berbisik-bisik penuh mesra.
Disaat aku berada dalam istana kecilku yang tidak lain
adalah kamarku sendiri, kegiatanku memang jikalau setiap malam biasa ditemani
dengan cemilanku, novel-novelku dan saat
itu aku ditemani dengan radioku. Entah mengapa ketika malam itu aku ingin
sekali mendengarkan siaran di radi tersebut. Hem… penyiar pun telah terdengar,
partisipasi-partisipasi dari orang-orangpun telah dibacakan oleh penyiar. Dalam
acara radio tersebut ternyata acaranya itu sedang acara tebar pesona (acara yang
ingin disebarkan nomor handphonenya
khususnya untuk orang-orang single).
Tidak berapa lama aku mendengar ada seorang pria yang ingin nomor handphonenya disebarkan, akupun iseng
untuk manyimpan nomor handphone pria
tersebut. Namanya itu Rian, ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Kemudian, aku menghubungi nomor handphonenya tersebut. Ya diapun merespon, aku berkomunnikasi terus
sama dia lewat pesan singkat ataupun berteleponan, lama kelamaan dia mengajak aku ketemuan, ya
akupun menerima ajakannya ia karena apa salahnya aku ingin mengetahui orangnya
itu bagaimana dan seperti apa. Akhirnya akupun bertemu dengan ia di suatu
tempat, kebetulan ia waktu itu tidak sendirian melainkan ia ditemani oleh
teman-temannya, ternyat sebagian dari temannya itu ada yang aku kenal, akupun
berjabat tangan dengan ia dan teman-temannya. Matahari saat itu tersenyum
begitu lebar seperti hatiku yang sedang
tersenyum. Namun sayang mataharinya sudah melambaikan tangan karena malampun
akan tiba.
***
Malampun
tiba seperti biasanya aku mendengarkan siaran radio lagi, akupun ikut
berparstisipasi begitupun dengan Rian kenalan baruku lewat radio itu. Namun
tidak ku sangka ada temannya yang nekad ikut berparstisipasi temannya itu
bernama Tian.
“
Abang penyiar aku minta nomor handphonenya
Anti !” Itulah pesan singkat Tian yang dibacakan oleh penyiar radio tersebut.
Tidak
ku sangka ternyata temannya begitu nekad sampai-sampai minta nomor handphone aku lewat radio, yang didengar
banyak orang. Sang penyiarpun mengacuhkan permintaan Tian itu, ku akui memang
Tian itu menarik.
***
Haripun
terus berganti dan Tian selalu meminta nomor handphonenya aku ke penyiar. Lucunya ketika ia berkata
“Abang
penyiar bilangin ke Anti, Anti… minta nomor
handphonenya, soalnya minta ke Rian itu pelit”
Ternyata
Tian makin hari itu makin nekat juga, hingga akhirnya Tian mendapatkan nomor handphone aku. Aku bertanya-bertanya
dari mana Tian bisa mendapatkan nomor aku, iapun waktu itu menelponku.
“Ini
dengan siapa?” Kataku.
“Ini
dengan Tian temannya Rian!” Jawabnya.
“Dari
mana akhirnya kakak bisa mendapatkan nomor Anti?” Tanyaku kembali.
“Begini
ceritanya, ketika itu kakakkan sedang diperjalanan pulang ke rumah, soalnyan
kakakkan ngekos de. Kemudian yang membawa motor itu kan Rian, lalu handphonenya Rian berbunyi dan kakak
yang melihat handphonenya tersebut,
ternyata ada pesan dari ade. Hemmm…. Kakak dari situ punya ide de, untuk
mengambil nomornya ade, sebab meminta dari kemarin sama Rian tidak diberi-beri
de, kakak terpaksa melakukan ini de.” Jawabnya.
“Ia…
Tidak apa-apa” Kataku sambil tersnyum dan berpamitan.
***
Waktupun
terus bergulir, aku dengan Tianpun semakin sering untuk saling berkomunikasi.
Tetapi akupun terfikir, dahulu aku pernah merasakan hal yang seperti ini. Saat
itu aku mengenal dua pria yang bersahabat, mereka adalah Tio dan Kiki. Awalnya
aku mengenal sosok Tio, sehingga ada suatu kedekatan antara aku dan Tio. Namun,
tiba-tiba sosok Kiki datang, dan apa yang terjadi, ternyata Kikilah yang bisa
memikat hatiku. Tapi hubunganku denga Kiki tidak begitu lama hanya beberapa
bulan, betapa hancur berkeping-keping hati ini ketika hubunganku berakhir,
karena ternyata Kiki selama ini mempermainkanku saja. Aku salah memebaca hati
mereka, aku lebih memeilih Kiki dari pada Tio padahal ketulusan cinta ada pada
Tio, Sungguh aku menyesali kejadian pada saat itu dan apalah daya nasi sudah
menjadi bubur. Akupun selalu cemas karena kejadian itu takut terulang kembali,
aku memang pernah cerita tentang pengalamanku itu sama Tian, dan Tianpun selalu
memberikan ketenangan dengan nasehat-nasehatnya.
***
Enam hari aku telah mengenal Tian, aku rasakan Tian itu
orangnya baik, perhatian dan sopan sekali. Saat itu aku bingung karena Rian
juga sangat baik, tapi aku harus memilih diantara mereka karena cintaku tidak
dapat dibagi untuk dua hati. Hatikupun gundah gulana, aku takut kalau kejadian
masa laluku kembali terjadi lagi. Tapi aku tetap harus memilih, dan akhirnyapun
aku putuskan untuk lebih mengenal dekat lagi dengan Tian, meski aku belum
begitu yakin, namun ini sudah menjadi keputusanku.
***
Saat itu matahari tersenyum begitu bahagia dan hawa
panasnya sangat menyejukan badanku, mungkin karena perasaanku saat itu sedang
bahagia karena aku menemukan sosok seorang pria yang aku idam-idamkan. Setelah
lebih lama aku mengenal Tian dan tidak aku sangka ternyata Tian menyukai aku,
dia mengungkapkan perasaanya.
“De kakak semenjak mengenal ade, kakak sudah merasakan
getar-getar, kakak awalnya tidak tau getaran apa itu, tapi ternyata sekarang
kakak sudah tau bahwa getaran itu adalah getaran cinta. De ade mengertikan
maksud kakak ini?” Ungkapnya.
“Maaf kak bisa diperjelas omongannya, jangan bertele-tele
begitu!” Pintaku.
“De maksud kak itu, kakak mencintai ade, ade mau tidak
menjadi pacar kakak?” Tanyanya.
“Maaf kak pacar? Apa kakak tidak salah, bukankah kita baru
kenal itu juga cuman baru satu minggu lebih?” Tanyaku kembali.
“De sebenarnya kakak itu sudah jatuh cinta pada pandangan
pertama, bagaimana de mau kan jadi pacar kakak?” Ucapnya.
“Hem.... Bagaimana ya kak de masih ragu, tapi kalau kakak
memang suka sama ade, de minta waktunya dulu untuk menjawab pertanyaan kakak
itu, tidak apa-apakan?” Jawabku.
“Ya tidak apa-apa de, tapi de minta waktunya berapa lama?
Kakak harap jangan terlalu lama ya!” Cakapnya dengan suara lesu.
“Tidak kok kak, de gak bakalan minta waktu terlalu lama,
kakak sabar aja kalau memang mengharapkan ade sebagai pacar kakak!” Jawabku.
“Ya de kakak bakalan sabar kok, untuk ade apa sih yang
engga” Gombalnya.
***
Waktu tidak terasa satu minggu aku berfikir untuk
menjawab pertanyaan Tian, dan Tianpun setiap menghubungi aku selalu menanyakan
persoalan itu. Akhirnya aku memepunyai jawabannya untuk menjawab pertanyaan
Tian, kebetulan waktu itu Tian menghubungi aku lagi.
“De ade lagi apa, bagaimana kabarnya?” Tanyanya.
“Lagi mendengarkan musik, de sehat kok kak. Oh ya, kak
masih butuh jawaban yang kemarin gak?” Tanyaku dengan nada malu.
“Ya tentu de, kakak masih butuh sekali jawabannya,
bagaimana de jawabanya?” Tanyanya dengan nada yang begitu amat penasaraan.
“Hem... Bagaimana ya, duh kayanya tidak bisa kak!”
“Apa de tidak bisa?” Tian memotong pembicaraanku.
“Kak dengarkan dulu, maksudnya de gak bisa untuk menolak
kakak, alias de mau jadi pacarnya kakak!” Ucapku dengan malu.
“Serius de, ade menerima kakak? Terimakasih ya de sudah
mau menerima kakak sebagai pacar ade, kakak janji gak bakalan mengecewakan ade”
Gombalnya.
“Hem... Gak usah janji-janji kak, kakak buktiin aja ya!”
Ungkapku.
Momen itu tepat pada tanggal 07 Oktober 2009, aku tidak
pernah melupakan momen tersebut sampai saat ini.
***
Waktu terus bergulir setengah tahun sudahku lalui
bersamanya, pahit manisnya hubungan ini aku alaui dan rasakan bersamanya. Ia
begitu amat baik kepadaku, baru kali ini aku mengetahui apa akan arti cinta
yang sesungguhnya. Namun, cobaan datang tidak aku sangka-sangka dan tidak aku
duga, ia berselingkuh dengan teman satu sekolahku yang bernama Novi, saat itu
hatiku begitu perih. Namun, Tian mencoba terus menerus menjelaskan kesalahannya
itu padaku. Namun aku tetap tidak percaya sebelum Novi juga mengaku salah,
tetapi Novi malah tetap ngotot merasa tidak bersalah, malahan Novi tetap
menyalahkan Tian. Aku bingung sebanarnya mana yang salah dan mana yang benar,
air mataku terus mengalir menganak sungai. Tidak aku sangka Tian yang sangat
aku percaya tetapi malah mengkhianati kepercayaanku tersebut.
***
Karena aku ingin segera menyelesaikan permasalahan ini,
akhirnya aku menemui Tian. Ternyata Tian ketika itu sedang murung, wajahnya
pucat seperti mayat. Mungkin karena Tian merasa bersalah kepadaku.
“Kak apa maksud kakak ini, kakak keterlaluan menusukku
dari belakang, kakak itu jahat sekali sama aku” Ucapku sambil menangis di
depannya.
Ia hanya bisa terpaku diam membisu dan mematung, tak
menjawab sedikitpun pertanyaanku itu. Tapi saat itu ada temannya yang sudah ia
anggap sebagai kakak dan temannya itu membantu permasalahan aku dan Tian,
temannya Tian terus menerus menasehati agar hubungan kami baik-baik saja dan
tetap bisa berlanjut kembali. Akhirnya setelah mendengarkan nasehat dari
temannya Tian itu, kami bersatu kembali. Setelah kejadian tersebut, aku pada
Tian entah mengapa tidak bisa memberikan kepercayaan yang seperti dulu, Tian
terus menerus membuktikan besar cintanya kepadaku, ia selalu ada dimana aku
membutuhkannya. Setiap aku pulang sekolah ia sudah ada di depan gerbang
sekolahku untuk menjemputku. Kejadian-kejadian itu benar-benar merubah kisah
cintaku, kini tidak ada lagi cek-cok antara aku dan Tian, malah timbul
kedekatan antara Tian dan keluargaku, sehingga ibukupun menganggap Tian sebagai
anaknya, mungkin karena ibuku juga sangat menyayangi Tian.
***
Tidak terasa satu tahun sudah hubunganku berjalan,
cintakupun semakin bergebu-gebu pada Tian begitupun dengan cintanya Tian
kepadaku, bahkan dari jalinan cinta ini aku tak ingin lagi bermain-main dengan
cinta. Begitu baiknya Tian saking perhatiannya ia rela malam-malam mengantarkan
makanan padaku setiap aku sibuk dengan kegiatan-kegiatan di sekolah. Namun,
seiring berjalannya waktu karena aku sibuk dengan kegiatan di sekolah, sulit
kuberikan waktu banyak untuk bersama Tian. Hingga akhirnya aku merasakan ada
perbedaan dengan Tian, cintanyapun seperti mulai memudar tak ada perhatian
sedikitpun yang Tian berikan untukku, karena penasaran dengan perubahan
sikapnya itu akupun langsung menanyakan padanya, kenapa Tian bisa berubah
seperti itu padaku.
“Kak kenapa kakak berubah?” Tanyaku lewat telepon.
“Gak, gak ada apa-apa kok de!” Jawabnya dengan lesu.
“Kak jawab yang jujur, ade bisa merasakan perubahan yang
begitu derastis dari kaka, ade membutuhkan kejujuran dari kakak”.
Tiba-tiba teleponku ditutup, namun setelah beberapa menit
kemudian Tian kembali menelponku dan kuangkat teleponnya itu.
“Kenapa kak tadi teleponnya dimatiin, ada apa sebenarnya
dengan kakak ini?”
“De maaf ya sebelumnya, sebenarnya kakak ingin bilang
sesuatu, de kakak rasa hubungan kita cukup sampai disini”
Seketika kututup handphoneku
rasanya aku tak sanggup untuk bicara, mungkinkah ini sebuah mimpi atau
kenyataan? Mengapa semua ini terjadi, padahal Tian itu tidak suka akan kalimat
putus. Namun, mengapa Tian berdusta dan malah menelan ludah sendiri. Sungguh
jalan cintaku ini begitu berliku-liku dan mungkin ini adalah teguran Tuhan
untukku, memang awalnya aku sempat putus asa malah aku merasa Tuhan itu tidak
adil kepadaku, aku sempat uring-uringan, murung, mungkin karena putusnya
hubungan aku dan Tian itu tidak lain karena datangnya orang ke tiga diantara
hubungan aku dan Tian, akupun berfikir bagaimana jikalau orang-oarang
mengetahui bahwa hubunganku yang sudah dibina dengan lamanya tetapi malah
berakhir dengan begini, apa lagi, bagaimana jika kedua orangtuaku mengetahui
pengkhianatannya Tian kepadaku, aku tidak bisa membayangkan betapa kecewanya
orangtuaku kepada Tian yang sudah meraka anggap sebagai anaknya sendiri. Tetapi
akhirnya aku sadar, mungkin inilah yang terbaik untukku karena aku percaya
dibalik semua cobaan yang Tuhan berikan kepadaku Dia mempunyai rencana yang
lebih indah untukku yang tidak pernah aku ketahui.
*Sinopsis
Anti adalah
seorang gadis remaja yang belajar cinta dan iapun mengetahui akan arti cinta
yang sesungguhnya itu, ia juga menemukan sosok pujaan hatinnya yang ia
idam-idamkan. Segala macam cobaanpun dan pahit manisnya cintapun ia lalui bersma kekasihnya. Namun, tiba-tiba masalah
datang dengan bertubi-tubi kekasihnya memutuskannya karena datangnya orang ke
tiga, tetapi ia bisa sadar karena mungkin itu adalah memang jalan cintanya.
*Biodata Pengarang
Ariska Purwanti
lahir di Sukabumi, pada tanggal 17 November 1994. Ia merupakan salah satu siswi
kelas sepuluh satu SMA Negeri 1 Jampangkulon yang beralamatkan di Jalan
Warungtagog No. 300, Jampangkulon, Sukabumi. Kini ia tinggal di Kampung
Nyalindung Rt.026 Rw.007, Desa Karanganyar, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Nomor telepon yang bisa dihubungi: 085720720152
Tidak ada komentar:
Posting Komentar