Buku Tua
Karya:
Gelar Dwiyanwar
Kadang
kala pengalaman membuat kita tersenyum dan bisa membuat kita kecewa di temani langit
yang kelam di malam sunyi dan pekat.
Bahkan, bintang-bintang yang bertaburan dan bulan yang terang seperti disembunyikan
oleh selubung yang hitam. Lukisan malam yang sunyi terasa semakin sempurna
menegakan pilar kedukaan hatiku. Dan di temani pensil usam pemberian dari dia. Aku
meratapi kesedihanku, Mungkin hanya ini kenangan dari dia.
Tiba-tiba
terdengar suara memanggilku, aku baru sadar bahwa aku semalaman tertidur dan
aku pun ingat bahwa aku belum melaksanakan shalat subuh kemudian dengan cepat
tanganku ini memegang jam wekker tua yang
penuh dengan debu kenangan. Ternyata sudah jam 04.40 pagi, aku pun bangun
tetapi dengan waktu yang bersamaan pintu
kamar tidurku terbuka, “Oh ternyata itu adalah ibuku.” Ujarku dalam hati.
”Ade
ayo bangun. Hari telah pagi, ayo segera cuci muka dan berwudhu
kemudian
cepat shalat.” Ucap ibuku ketika mata ku masih terbata-bata.
“Iya,
bu.” Jawabku dengan tampak malas bergerak.
Aku
pun langsung mencuci muka dan mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan
kewajibaku sebagai seorang muslim yaitu
melaksanakan shalat.
Pagi
ini suara kerumunan orang terdengar bergemuruh di telingaku, karena hari ini hari
libur aku mencoba untuk membuka-buka buku yang telah lama ku simpan dan tak
pernah sedikitpun ku sentuh. Dengan tidak sengaja mata ku tertuju kesebuah
arah, aku melihat sebuah buku tua yang dikelilingi dengan debu-debu.
Tanganku
pun menghampiri buku tersebut.
“De,
ayo makan dulu?” Kata ibuku mengagetkanku.
“Oh
iya bu, sebentar lagi.” Jawabku sambil menoleh kepada ibuku.
“Oh
ya, de kenapa tidak sekolah?” Tanya ibuku dengan nada heran.
“Oh,
guru-gurunya rapat bu.” Jawabku.
Akupun langsung pergi sarapan dengan ditemani
perasaan penasaran apa isi buku tua
itu aku menghabiskan sepiring nasi yang ditemani ikan goreng buatan ibuku. Setelah sarapan aku langsung kembali
ke tempat buku itu. Tanganku pun menghampiri buku itu. Dengan penuh
perasaan aku langsung mengambil buku itu
dan duduk di beranda kamarku. Sambil membersihkan buku itu dengan perlahan, ku
terus membuka lembaran demi lembaran dalam buku tersebut ternyata buku ini
adalah buku diary ku.
Lembaran
demi lembaran ku buka. Aku tidak sengaja membaca sebuah syair lagu yang pernah
aku tulis di lembaran itu. Syair itu mengingatkanku dengan sahabat-sahabat di
kelasku dan orang-orang yang pernah ku kenal dan sahabat-sahabat karibku. Dulu
kami selalu bermain bersama dan canda, tawa, kesedihan, kami lewati bersama
tapi kini hanya masa lalu belaka.
Akupun
dulu pernah mempunyai sebuah group band yang
syair dalam buku tua ini pernah di jadikan sebuah lagu andalan band itu. Dengan
hanya beberapa pentas kami bisa mendapatkan penghargaan.
***
Menginjak
kelas tiga SMP aku mulai mempunyai banyak teman. Pada saat itu ketika akhir
semester pertama di adakan lomba festival band aku dan ke empat temanku membuat
sebuah grup band yang sederhana. Grup band ini di bentuk karena kami saling mengenal kami dipertemukan pada
saat kami terjun dalam organisasi seni.
Saat
kami bertarung di medan laga yang di saksikan oleh seluruh kelas. Aku sangat
malu dan selalu memalingkan wajahku. Ketika aku melihat ke depan tubuhku serasa
bergetar sangat kencang walaupun saat itu aku bukan vocalis melainkan gitaris.
Tetapi tubuhku selalu bergetar saat menatap ke depan.
Aku
ingat kami hanya berlatih dengan gitar yang seadanya. dan hanya beberapa kali
kami mencoba berlatih di studio band itu pun bisa dihitung oleh jari. Awalnya
akulah voklisnya tetapi karena ada konflik bersama temanku aku mencoba untuk
bermain gitar. Ya walaupun begitu aku tetap berlatih dengan baik. Kami bisa
menampilkan sesuatu penampilan dan alhamdulillah kami bisa menjadi juara kedua.
Waktu
demi waktu terus berlalu kami pun sering berkumpul bersama. Pada suatu hari
terik matahari mulai redup tertutup awan yang kelam. Aku duduk sendirian dengan
ditemani sebuah handpone yang usam. Tiba-tiba
handpone ku berbunyi.
“Ya,
siapa?” Tanyaku.
“Aku
Uzi” Jawabnya.
“Ada
apa ya Zi” Tanyaku.
Ternyata
dia mengajak pentas di ulang tahun mantan pacarnya. Aku menginformasikan kepada
seluruh personil band ku. Kamipun berlatih dan akhirnya ketika tampil semua
penonton bisa menikmati penampilanku dan teman-temanku itu. Dengan menggunakan costume kebanggaan kami yaitu Logaritma.
Walaupun aku tidak tampil dengan sangat sempurna. Aku tetap bersyukur. Dan
apakah kalian tau? Aku saat itu menjadi vokalisnya.
Setelah
itu aku terus menjadi vokalis band itu. Bulan terus berganti bulan ditemani
waktu yang terus berputar dengan cepat. Tibalah kami melaksanakan ujian.
Alhamdulillah semua kelas 3 SMP ku bisa lulus dan bisa melanjutkan ke SMA.
Selang beberapa minggu diadakan perpisahan di sekolahku.
“Hei,
lagi apa?” Tanya seseorang padaku.
Aku
pun menoleh kebelakang. Ternyata dia adalah seorang laki-laki berambut kriting,
dengan kulit yang sawo matang membuatnya dikelilingi banyak perempuan. Namanya
ilham dia adalah gitaris bandku.
“Oh
Am, tidak lagi apa-apa.” Jawabku.
“Kamu
tidak tau ya kalau band kita disuruh untuk memeriahkan perpisahan tahun ini.” Tanya
ilham padaku.
“Oh
aku tidak tahu.” Jawabku.
Tiba-tiba
datang seorang pria. Berwajah tampan dengan kulitnya yang putih. Ternyata itu
adalah Riches. Dia adalah dramer band
ku.
“Kita
mau membawakan lagu apa buat nanti.” Tanya riches.
“Kita
lagu j-rock saja dan satu lagi kita bawakan lagu ciptaan saja.” Tiba-tiba
Seseorang berkata dari kejauhan. dia mempunyai kulit sawo matang dan bermata
seperti bola bekel. Ternyata dia
adalah ikbal basis band kami.
Siangpun
berganti malam akupun terus berpikir bagaimana membuat sebuah lirik lagu. Tiba-tiba
akupun mendapat inspirasi dari teman-temanku
“Ketika kenyataan pahit
ini harus kita jalani. Yangkan membuat raga kita tak mungkin lagi terus
bersama. Canda tawa dan senyuman yang selalu temani hari-hariku. Kini hanya
akan menjadi puing-puing kenangan. Walau memang kita kan terpisah tapi yakinlah
ku tetap disampingmu kawan, satukan hati kita walau badai t-rus menenjang
membelenggu, dan kita tak akan pernah terpisah dan selalu bersama tuk mengukir
kemenangan sejati.”
Hanya
itu lah perasaan yang dapat ku ungkapkan dalam sebuah syair lagu. Kemudian
temanku ikbal membuat irama untuk syair tersebut. Aku dan teman-temanku terus
berlatih hanya memakai tiga gitar yang ditemani senar-senar yang kokoh.
Seminggu
telah berlalu tibalah untuk menampilkan performane
kami bermain band. Dengan dihadiri seluruh keluarga besar SMP ku dan dihadiri
seluruh orang tua siswa kelas tiga. aku menampilkan penampilan yang menurutku
adalah penampilanku dengan sepenuh hati. Dan alhamdulillah ternyata para
penonton pun dapat terhibur.
Dan
aku ingat bahwa nama band kami itu adalah logaritma. Aku tak tahu apa arti dari
logaritma itu???
***
“Hei,
de lagi apa?” Kata ayahku mengagetkanku.
“Ah
Ayah mengagetkanku saja, aku lagi baca buku.” Jawabku.
“Oh,
kenapa tidak sekolah?” Tanya Ayahku.
“Guru-gurunya
rapat, Ayah.” Jawabku.
“
Ayah kenapa tidak ke sekolah?” Tanyaku.
“Kan
ini mau berangkat.” Jawab Ayahku.
Ayahkupun
langsung pergi kesekolah dengan ditemani sepeda motor tua kepunyaannya. Aku
hanya tersenyum melihat ayahku.
Akupun
kembali membuka lembaran demi lembaran. Tiba-tiba aku melihat sebuah lirik lagu
di akhir lembaran buku tua itu. Aku pernah menulis sebuah lirik lagu dalam buku
tua ini terkisah dari sebuah pengalaman
ku waktu dulu. Tentang cinta peratamaku. Dan tentang pengalamanku.
***
Berawal
dari keikut sertaanku dalam berbagai bidang lomba seni di SMP ku. Aku menemukan
sesosok perempuan yang berparas cantik
dengan senyum yang indah dan rambut yang lurus yang begitu mempesona. Dan
dengan senyuman yang mesra yang selalu terlontar dari dia, dan matanya yang indah, membuatku terhanyut dalam
gelombang asmara.
Ku
mulai mengenalnya saat tugas pertamaku dalam lomba seni ialah lomba FLS2N se-
wilayah VI Jampangkulon, saat itu aku
bertemu dengan dia cinta pertamaku. Nama panggilannya Vhey, dia selalu
tersenyum kepadaku ketika aku sedang berlatih. Wajahnya terlihat begitu indah
untuk dipandang.
Hampir
setiap kali latihan aku selalu memperhatikan nya, dia selalu tersenyum
kepadaku. Hatiku mulai bertanya-baertanya, “Oh Tuhan, mengapa hatiku selalu
berdetak kencang ketika melihat senyumnya.” Gumam hatiku. Terlintas di benaku
aku ingin menyapanya. Tapi kenapa ketika ku mendekatinya mulut ku enggan
berkata seakan-akan membisu.
Setelah
beberapa hari berlatih, tibalah saatnya aku dan teman-teman. Berjuang di medan
laga. Saat it kami mengikuti lomba festival musik tradisional. Meskipun aku dan
teman-teman ku agak malu, karena penampilan kami yang ditata menyerupai badut
tapi apa boleh buat demi sekolah kami harus berani.
Tiba-tiba
ada seorang gadis berpegangan padaku, oh ternyata Vhey. Ternyata dia mau menonton cabang lomba pertama ini tetapi
dia tidak bisa melihatnya. Dia pun menaiki sebuah bangku kosong tepat di
belakangku dan memegang pundaku. Saat itu Jantungku malah berdetak tidak karuan
seakan-akan tubuhku tak bisa digerakan, tetapi aku memberanikan diri untuk
bertanya.
“Tidak
kelihatan ya?” Tanyaku dengan wajah yang tegang.
Dia
malah tersenyum kearahku.
Dia
pun berkata, “Ya, maaf ya aku pegang
pundak kamu? Habis tidak kelihatan.”
Sambil
berkata dia masih terus senyum kepadaku.
“Oh,
tidak apa-apa santai saja.” Jawabku dengan penuh senyum.
Setelah
beberapa waktu, giliran Vhey dan teman-temanya beraksi. Aku terus memperhatikannya.
Dan mendengarkan Suaranya yang sangat merdu bagaikan Agnes Monica. Pada saat
itu Vhey mengikuti lomba vokal grup. Dengan ditemani gitar bolong. Vhey dan
temannya menampilkan sesuatu yang menarik dipandang dan didengarkan.
“Andaikan
aku menjadi gitarisnya. Pasti aku
akan semangat memainkan gitar untuk mengiri wanita idamanku.” Gumamku dalam
hati.
“Hei,
ayo siap-siap.” Kata temanku sambil menepuk punggungku.
Oh
ternyata dia Ikbal dia adalah temen se-grupku dalam lomba festival musik
tradisonal ini. Dia malah mengagetkanku saja. Hampir-hampir jantungku copot
dibuatnya.
“Memang
harus sekarang, kan masih banyak peserta lomba cabang ini mah.” Jawabku.
“Ah
ganggu saja lagi asyik-asyiknya.” Gumam dalam hatiku.
“Ya
cepet atuh kita kan harus siap-siap.”
Kata Iqbal.
Kemudian
datang seseorang menghampiri kami, dia berparas tampan, kulitnya sawo matang.
Namanya Ramdhan. Dia salah satu anggota grupku.
“Dwi,
Iqbal, buruan di tunggu sama si bapa tuh”
kata Ramdhan.
“Iyaaaaaaaa.”
Jawabku dan Iqbal secara serentak.
Kemudian
kamipun bersiap-siap, dengan bergegas aku dan temanku meninggalkan ruangan. Ternyata
ketika ku keluar ruangan aku berpapasan dengan Vhey. Dia malah tersenyum kepada
ku. Oh hatikupun terasa bagaikan melayang di udara.
Setelah
aku tampil tibalah saatnya hasil kejuaraan. Alhamdulillah semua cabang di
menangkan oleh SMP ku dan SMP ku menjadi perwakilan untuk lomba di tingkat Kabupaten.
Hari
berganti hari hasilnya setelah beberapa minggu berlatih untuk lomba di kabupaten.
Aku mulai bisa dekat dengan Vhey tapi entah mengapa aku sulit menyatakan
perasaan ini. Aku malu, mulutku kaku untuk bisa mengungkapkan. Aku terus
memberanikan diri akhirnya mulutku pun bisa berbicara tentang perasaanku pada Vhey.
Tetapi aku tak tau apakah cintaku saat di balas oleh Vhey
Pagi
itu hawa dingin yang terasa mencabik-cabik kulitku menemani keberangkatku ke Sukabumi
dengan seluruh temanku yang mau mengikuti lomba, sesampainya disana kami
menginap di sebuah pesantren di atas kolam yang penuh dengan ikan yang
bergerombol. Aku tidur seranjang dengan kaka pembinaku. Walaupun ranjang nya
hanya beralaskan kain putih tetapi tidurku sangat nyenyak.
Keesokan
harinya sebelum lomba, aku bersama temanku Iqbal duduk dipinggiran paggar
ditemani dengan handpone pemberian
Kakaku. Saat itu matahari belum menampakan wajahnya tetapi kokokan ayam terdengar sangat jelah
mengiringi pagi itu. Ketika itu Vhey lewat tepat di depanku dengan ditemani
pakaian piamanya dia melontarkan senyuman kepadaku. Oh alangkah senangnya
hatiku.
“Mau
mandi ya Vhey?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Ya.”
Jawabnya.
Diapun
berlari ke teman-teman perempuannya. Dengan ditemani senyuman yang begitu indah
dia memalingkan wajahnya kepadaku dari kejauhan.
Waktupun
terus berjalan mengiringi langkahku. Alhamdulillah SMP ku bisa menjadi juara di
tingkat Kabupaten walaupun hanya bidang festival musik tradisional saja yang
mendapat juara pertama dan berhak mengikuti lomba tingkat Provinsi. Aku melihat
teman-temanku yang mengikuti lomba cabang lain mereka tetap senang walaupun
hanya mendapat juara kedua. Aku pun melihat Vhey tetap tersenyum kepadaku
walaupun dia hanya mendapat juara ketiga.
Empat
hari kemudian. Pagi yang cerah dengan diringan burung-burung yang bernyanyi
dengan merdu dan kokokan ayam jantan yang seolah-olah membuka pagi itu
mengiringi langkahku Dan tahukah kau pagi itu? Aku mendapat sebuah berita bahwa aku harus berangkat kekota Bandung untuk
melaksanakan lamba festival musik tradisional tingkat Provinsi bersama keempat
temanku selang dua hari lagi.
“Bu
aku mau ke sekolah.” Ujarku kepada Ibu.
“Mau
apa de?” Jawab Ibuku dengan wajah ingin tahu.
“Aku
ikut lomba ke bandung bu, lomba festival musik tradisional kan kemarin di
Sukabumi aku dan teman-temanku mendapat juara pertama, jadi aku harus latihan
dulu bu.” Jawabku.
“Oh benarkah?” Jawab ibuku dengan wajah penuh
senyuman.
“Ya bu.”
Kemudian
akupun sarapan dengan ditemani mangkuk dan dua sahabatnya aku melahap sup ayam
buatan ibuku sebelum pergi kesekolah.
“Bu
aku pergi dulu, Assalamualaikum.”
"Wa’alaikumsalam.” Jawab ibu.
Langkah
demi langkah mengiringi waktu yang terus berjalan, dan latihan pun terus
dijalaniku, satu hari sebelum lomba aku dan keempat temanku menginap di sekolah
SMP ku terlebih dahulu di temani pembinaku karena akan mengadakan latihan
malam. Hawa dingin malam itu menemani latihan kami. Malam pun semakin larut aku
dan teman-temanku pun di suruh tuk tidur. Tiba-tiba saat ku akan tidur. Handpone ku berbunyi.
“Asalamualaikum dwi? Jangan lupa pake switer ya? Malam ini dingin nanti
sakit. Dan jangan lupa tetap semangat dan gapai kemenangan demi aku dan sekolah
kita. Terus jangan lupa makan ya? Dan juga Hati-hati besok dijalan. Semoga bisa
selamat sampai tujuan dan pulang membawa kabar gembira untukku. Aku selau
mendoakanmu. Aku sayang padamu.”
Saat
itu aku terkejut ketika membaca sms itu. Sampai-sampai tubuhkupun seperti beku
terkena tumpahan es. Aku tak menyangka ternyata dia menyayangiku juga, tapi
karena pulsaku habis aku tak membalas
SMS itu.
Siang
itu hawa yang cukup panas mengiringi keberangkatanku bersama pembina kesenianku sekaligus pelatihku dan
keempat temanku.
Di
provinsi ternyata setelah lomba selesai
dan saat nya pengumuman kejuaraan tenyata kami mendapat juara kedua terbaik
se-Provinsi Jawa Barat, aku dan teman-temanku pun senang tetapi agak kecewa juga sih karena yang malah jadi juara pertamnya tidak memenuhi kriteria lomba, “Kenapa bukan kami yang
menjadi juara nya?” Pikir ku dalam hati. Tetapi walaupun begitu aku tetap
bersyukur kepada allah bahwa aku bisa juara walaupun hanya juara kedua.
Seiring
waktu yang berputar kami pun sampai
malam itu di sekolah kami dengan membawa sebuah tropi dan lima medali perak
hasil jerih payah aku dan teman-temanku. Langit yang kelam diiringi dengan
bintang-bintang yang bersinar terang menemaniku menuju rumahku. Sesampainya di
rumahku ibuku dan seluruh keluargaku sangat bangga dengan prestasi ku, aku
sangat senang mendengar kabar tersebut.
Mentari
bersinar di ufuk timur di iringi burung-burung yang bernyanyi dengan merdu dan
embun pagi yang menerpa daun-daun kering di rumahku. Saat ku tatap jam di mejaku
ternyata sudah pukul 07.00 pagi. Aku pun pergi ke wc yang penuh dengan harum bunga mawar yang menyegarkan kalbuku ku
tatap cermin di kamar mandiku. Ku lihat dengan seksama wajahku. Tiba-tiba di
benaku teringat akan wajah seseorang yang sangat ku rindui.
Dia
berparas cantik dengan berbalutkan kain-kain yang indah di wajahnya. Dan mata
yang sipit. Walaupun dia agak pemarah tapi aku sangat menyayanginya. Kini dia
berada jauh disana di kota yang penuh dengan kerumunan orang dan mobil-mobil yang
berlalu lalang.
Percikan
air diatas torn mengusap pipiku.
Akupun langsung tersadar dan aku mulai membaurkan air ke seluruh bagian tubuhku
dengan diiringi sabun fres. Aku ingat
aku hampir lupa dengan kakakku aku belum mengabarkannya, aku pun menelpon
kakaku. Dengan terburu-buru aku langsung menghubunginya.
“Asalamualaikum,
ka? Bagaimana kabarnya?”
“Baik
de.” Jawab kakaku.
“Kak,
aku dapat juara kedua di provinsi dalam lomba seni.” Ucapku dengan penuh
kesedihan.
“Apa?
Bagus atuh de kaka bangga sekali sama
ade.” Ujar kakaku.
“Kakak
kapan pulang?” Tanyaku.
“Tidak
tahu, soalnya kaka banyak tugas di sini.” Jawab kakaku.
Kemudian
tiba-tiba telponnya pun terputus.
***
Aku
sangat rindu dengan kakak ku saat itu dan saat ini pun aku sangat rindu
terhadapnya. Aku ingat, ketika aku SD
kakaku selalu membantuku belajar. Walaupun dia agak galak terhadapku tetapi aku
sangat sayang kepadanya. Dia adalah kaka terbaiku. Yang kumiliki. Air bening
pun membasahi pipiku dan menerpa buku yang kupegang.
***
Waktu
terus berlalu aku masih belum bisa menjadikan Vhey jadi pacarku. Tetapi kami
selalu dekat. Ternyata ketika aku terus mengulur-ngulur waktu untuk nembak Vhey, dia merasa bosan karena dia
merasa aku ini orang yang plin-plan, akhirnya
dia tak pernah mengabariku. Dan ketika menginjak kelas tiga SMP aku mendapat
kabar bahwa Vhey sudah mempunyai pacar.
Hatiku
kecewa, “Kau membuat sebuah goresan pedih dalam hatiku.” Gumamku dalam hati.
Pagi
pun beganti malam. Malam itu ku duduk didepan hamparan kegelapan yang pekat
dengan hujan yang sangat deras, walau tak ku lihat itu semua. Dengan ditemani
gitar usam hadiah dari dia. Memang hanya ini kenangan yang dia berikan.
Secangkir mocacino membuat ku hangat
walau tuk sejenak. Seketika ku berpikir tentang dia, ku duduk termangu dengan
sebuah lagu yang ku dendangkan tentang perassaan hatiku saat ini padanya.
Ku teringat masa-masa bersama dia, senyumannya
yang selalu membuat hatiku tenang. Dan paras wajahnya yang begitu mempesona,
rambutnya yang lurus, matanya yang sipit, dan suaranya yang begitu merdu yang
bisa mengalihkan duniaku.
Ku
tau masa mudaku masih panjang sedangkan umur ku tak bisa di tentukan dan
bintang-bintang pun harus ku kejar. Demi kebahagiaan keluargaku. Cinta di masa
muda itu memang indah tapi ku tak tau apa itu berkah dari sang Maha Pencipta.
Malampun
semakin gelap dan begitu kelam di temani bintang-bintang yang bersinar terang.
Tetapi wajah Vhey terus membayangiku saat ini, aku terus berusaha melupakannya
tetapi aku tak bisa karena aku terlanjur cinta.
“Ku mencintaimu seperti
cintamu dulu padaku tapi mengapa kini kau pergi tanpa beri tahu apa salahku.
Aku tau cintamu kini hanya untuknya, aku tau sayangmu kini hanya untuk dirinya.”
Mungkin
syair lagu ini yang kuciptakan sebagai tanda kekecewaanku pada vhey.
***
“Darr.”
Aku terkejut dengan spontan aku langsung menutup buku yang kupegang. Ternyata
dia adalah sepupuku.
“Lagi
apa nih kak?” Tanya dia.
“Engga cuma baca doang” Jawabku,
“Nulis
puisi tentang pacarnya ya kak?” Tanya dia kembali dengan sedikit tawa terlontar
darinya.
Pada
saat itu akupun teringat dengan seorang wanita yang kucintai. Dia itu berparas
cantik dan kulitnya yang putih membuat dia banyak di cintai oleh pria-pria.
Tetapi aku bersyukur dan bahagia karena dia memilihku tapi kini kebahagian ini
menjadi sebuah bomerang untuk hatiku dia tiba-tiba mengakhiri hubungan ini
dengan alasan yang sebenarnya aku belum mengerti. Dia yang selalu
meperhatikanku kini dia telah pergi.
Saat-saat
bersamanya selalu kuingat. senyum yang selalu menemaniku saat ku diterpa
kesedihan. Kini hatiku kecewa, bagaikan di terpa badai yang merobohkan bangunan
yang kokoh. Tetapi entah mengapa perasaan ini tidak bisa hilang dengan mudah
seperti membalikan telapak tangan.
Aku
bergumam dalam hati, ”Mengapa ya tuhan, jika ini adalah jalan terbaik untukku.
Aku mohon hilangkanlah perasaanku padanya.” Mungkin kisah ini akan selalu ku
kenang dalam sebuah buku tua yang sangat kelam.
*Sinopsis :
Cerita
ini menceritakan seorang Remaja SMA yang sedang bersedih karena cinta. Malam
itu dia memikirkan seorang gadis yang di cintanya. Pada suatu pagi ternyata dia
tertidur semalaman. Diapun melakukan aktifitas pagi itu. Karena hari libur
tokoh aku ini mencoba untuk membuka-buka bukunya yang terdahulu.
Ternyata
dia menemukan sebuah buku tua yang didalamnya terdapat berbagai syair lagu yang
mengingatkan pengalamannya tentang masa-masa SMP nya yang ketika itu ia pernah
mempunyai sebuah grup band.
Lembaran
demi lembaran terus dia buka dan di akhir buku tua itu ada sebuah tulisan.
Apakah isi yang ditulis pada lembar
terakhir itu?apakah tentang cinta yang kelam? Ataukah hanya syair yang biasa
saja???
Setelah
beberapa waktu dia pun teringat kembali tentang seorang perempuan yang di cintainya
saat ini. tapi kini perempuan itu adalah sebuah kenangan yang pahit. Dan diapun
menulis kenangan itu dalam buku tua yang kelam.
Gelar
dwiyanwar, ia dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 20 Januari 1995 ia adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan suami istri bapak Asep Supriatman
dan ibu Koyah Komariah. Ia pernah menempuh pendidikan di Sekolah TK Nurulhuda Jampangkulon
pada tahun 1999. Dan melanjutkan ke SD 2 Situhiang dan lulus pada tahun 2006
dan melanjutkan ke SMP 1 Jampangkulon. Dan
setelah lulus dia melanjutkan pendidikan ke SMA 1 Jampangkulon sampai
dengan sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar