BAB II
II. a Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan
jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa
kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan
fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada
trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti
menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka
rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun
lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa
itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan
masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya
masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama.
Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi,
memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.”
II. b Faktor – faktor pendukung kenakalan remaja dan Cara
mengatasinya
1. PENGARUH TEMAN
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan
satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka
di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan
terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat
pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang
lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan
si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan
bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut.
Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan
dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula.
Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun
orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila
timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu
pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
Cara Mengatasi :
• mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai
• orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan
mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian
tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Sebab
dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak
‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan
kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga.
• Dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah
sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan
kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
2. TEKANAN ORANG TUA DALAM MEMILIH PENDIDIKAN
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah
satu tugas orangtua kepada anak, agar anak dapat memperoleh pendidikan yang
sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Terkadang hal ini yang menjadikan
orang tua berkeras hati untuk memasukan anaknya kesekolah yang manurut orang
tua adalah yang terbaik tapi belum tentu untuk anak itu sendiri. Tak jarang
dengan adanya selisih paham tentang pendidikan anak menjadi lebih egois karena
dia mempunyai tempat pendidikan menurutnya terbaik. Pemaksaan ini tidak jarang
justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak
yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit
pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya
tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan
kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian
menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Cara Mengatasinya :
• Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang
merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua
hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia.
Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak,
bukan semata-mata karena kesenangan orang tua.
• Beriakan Kepercayaan anak untuk memilih pendidikannya dan
orang tua mengawasi anak dan jangan terlalu membatasi selama itu masih dalam
batas kewajaran.
Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa
remaja merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi remaja
sendiri maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan dari orang
tua mengenai keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu menimbulkan bentrokan
dan kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua yakni dalam keluarga atau
remaja dengan lingkungannya.
Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk
melewati masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam
gangguan tingkah laku seperti penyalahgunaan zat, atau kenakalan remaja atau
gangguan mental lainnya. Orang tua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya
dalam menghadapi perkembangan anak remajanya dan ini menambah parahnya gangguan
yang diderita oleh anak remajanya.
Untuk menghindari hal tersebut dan mampu menentukan sikap
yang wajar dalam menghadapi anak remaja, kita sekalian diharapkan memahami
perkembangan remajanya beserta ciri-ciri khas yang terdapat pada masa
perkembangan tersebut. Dengan ini diharapkan bahwa kita (yang telah dewasa)
agar memahami atas perubahan-perubahan yang terjadi pada diri anak dan remaja
pada saat ia memasuki masa remajanya. Begitu pula dengan memahami dan membina
anak/remaja agar menjadi individu yang sehat dalam segi kejiwaan serta mencegah
bentuk kenakalan remaja perlu memahami proses tumbuh kembangnya dari anak
sampai dewasa.
Beberapa Ciri Khas Masa Remaja
• Perubahan peranan
Perubahan dari masa anak ke masa
remaja membawa perubahan pada diri seorang individu. Kalau pada masa anak ia
berperan sebagai seorang individu yang bertingkah laku dan beraksi yang
cenderung selalu bergantung dan dilindungi, maka pada masa remaja ia diharapkan
untuk mampu berdiri sendiri dan ia pun berkeinginan mandiri. Akan tetapi
sebenarnya ia masih membutuhkan perlindungan dan tempat bergantung dari orang
tuanya. Pertentangan antara keinginan untuk bersikap sebagai individu yang
mampu berdiri sendiri dengan keinginan untuk tetap bergantung dan dilindungi,
akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Akibat konflik ini, dalam diri
remaja timbul kegelisahan dan kecemasan yang akan mewarnai sikap dan tingkah
lakunya. Ia menjadi mudah sekali tersinggung, marah, kecewa dan putus asa.
• Daya fantasi yang berlebihan
Keterbatasan kemampuan yang ada
pada diri remaja menyebabkan ia tidak selalu mampu untuk memenuhi berbagai
macam dorongan kebutuhan dirinya.
• Ikatan kelompok yang kuat
Ketidakmampuan remaja dalam
menyalurkan segala keinginan dirinya menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk
berkelompok. Dalam kelompok, segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun
sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang besar. Remaja akan merasa lebih aman dan
terlindungi apabila ia berada di tengah-tengah kelompoknya. Oleh karena itu ia
berusaha keras untuk dapat diakui oleh kelompoknya dengan cara menyamakan
dirinya dengan segala sesuatu yang ada dalam kelompoknya. Rasa setia kawan
terjalin dengan erat dan kadang-kadang menjurus ke arah tindakan yang membabi
buta.
• Krisis identitas
Tujuan akhir dari suatu
perkembangan remaja adalah terbentuknya identitas diri. Dengan terbentuknya
identitas diri, seorang individu sudah dapat memberi jawaban terhadap
pertanyaan: siapakah, apakah saya mampu dan dimanakah tempat saya berperan. Ia
telah dapat memahami dirinya sendiri, kemampuan dan kelamahan dirinya serta
peranan dirinya dalam lingkungannya. Sebelum identitas diri terbentuk, pada
umumnya akan terjadi suatu krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati
krisisnya dan menemukan jatidirinya.
Upaya Pencegahan Masalah
Penyalahgunaan Zat
Karakteristik psikologis yang khas
pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan
zat.
Namun demikian, untuk terjadinya
hal tersebut masih ada faktor lain yang memainkan peranan penting yaitu faktor
lingkungan si pemakai zat. Faktor lingkungan tersebut memberikan pengaruh pada
remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk menyalahgunakan zat. Dengan
kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat dicetuskan oleh adanya
interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis remaja.
Di dalam upaya pencegahan, tindakan
yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada
upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan
ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya
kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan
mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses pendampingan kepada si remaja,
selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah).
Jadi remaja sebenarnya berada dalam
3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni sekolah (guru), lingkungan pergaulan
dan rumah (orang tua dan keluarga); serta ada 2 buah proses yakni menghindar
dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri si remaja untuk mandiri
dan menemukan jati dirinya.
Dalam rangka membimbing dan
mengarahkan perkembangan remaja, tindakan yang harus dan dapat dilakukan,
secara garis besar akan diuraikan di bawah ini:
1. Sikap dan tingkah laku
Tujuan dari suatu perkembangan
remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang
kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak-kanakan seperti
mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang
lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatannya,
harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri,
menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya
sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan
perhatian dan bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk
memberi perhatian, memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya.
Berikan penghargaan dan hindarkan kritik dan celaan.
2. Emosional
Untuk mendapatkan kebebasan
emosional, remaja mencoba merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua;
ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri.
Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam
hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang
bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Udahakan
jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya.
Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika
(menyalahgunakan obat).
3. Mental – intelektual
Dalam perkembangannya mental –
intelektual diharapkan remaja dapat menerima emosionalnya dengan memahami
mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan begitu ia dapat membedakan
antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan sesungguhnya. Pada mulanya
daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya
kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan
keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam
menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai macam
harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai.
4. Sosial
Untuk mencapai tujuan perkembangan,
remaja harus belajar bergaul dengan semua orang, baik teman sebaya atau tidak
sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan jenis. Adanya hambatan dalam hal ini
dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan pergaulan saja misalnya suatu
kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan penyalahgunaan zat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya ikatan yang erat
dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar remaja
memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap
teman, orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita sebagai orang tua dan
guru, harus mampu menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia;
suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi
teladan yang baik.
5. Pembentukan identitas diri
Akhir daripada suatu perkembangan
remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai
sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi
agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan
pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk
mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut
penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya. Orang tua memegang peranan
penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu remajanya
dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dlam kehidupan
dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama
yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut
harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja
berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada
maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
Sebagai ikhtisar dari apa yang
dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya pencegahan, dapat dikemukakan
sebagai berikut:
·
Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan
menghadapinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
·
Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi
material, emosional, intelektual, dan sosial.
·
Memberikan kebebasan dan keteraturan serta
secara bersamaan pengarahan terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.
·
Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang
harmonis, intim, dan penuh kehangatan bagi remaja.
·
Memberikan penghargaan yang layak terhadap
pendapat dan prestasi yang baik.
·
Memberikan teladan yang baik kepada remaja
tentang apa yang baik bagi remaja.
·
Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang
ia tidak mampu atau orang tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar