BASIS
Karya
: Dimas Maharditia Agata
Ku beranjak dari tidurku mencoba
melukis pagiku berharap keajaiban kan datang padaku, berat tuk melangkah
memulai hari ini dan akhirnya, setelah merasakan pahitnya pengibaran, bagiku
waktu untuk beristirahat telah selesai, saatnya mempersiapkan diri untuk
membanggakan sekolah. Karena lombalah yang aku harapkan, supaya bisa
membanggakan sekolah ku yaitu SMAN 1 Jampangkulon (SMANJAK).
Bulan November mendatang, pelatihan
mulai diperketat tak ada waktu untuk bermalas-malasan. Karena waktu menuju
lomba hampir mendekati sekitar 1 bulan lagi. Ku lakukan dan ku hadapi semua ini
dengan sabar, karena disinilah yang disebut semi militer. Membutuhkan fisik
yang sangat kuat, intelektual, dan terutama mental.
Pelatihan pertama aku merasa menang
karena pelatihan sedikit membuat kita semua puas, dengan hasil yang bisa
memuaskan para instruktur minta. Masuk pelatihan ke empat, materi gerakan
semakin hari semakin banyak. Gerakan yang paling sulit bagiku adalah gerakan
yang bernama tiap-tiap banjar dua kali belok kanan. Sudah beberapa kali aku
dimarahi instruktur (korlap), aku merasa kesal, aku berpikir jika terus-terusan
seperti ini bisa-bisa pleton putera Jampang hancur gara-gara kebodohanku.
Aku disini sempat mundur, keluar
dari pleton dan tidak akan mengikuti lomba. Malam hari tepatnya pukul 19.00,
aku menelepon korlap untuk membicarakan hal itu, aku berkata, “Kang, lebih baik
aku mundur saja!” kataku.
“Apa Dimas? Mentalmu seperti tahu,
lembek. Jangan menyerah disini terus semangat, kamu pasti bisa. Aku akan terus
melatihmu sampai kamu bisa. Acara seperti ini hanya sekali seumur hidup. Jadi,
jangan menyia-nyiakannya.” Bagitulah kata instruktur (korlap).
Sebagian teman meyakinkanku agar aku
tetap semangat dan pasti bisa. Aku terus belajar tanpa menyerah, dan akhirnya
aku pun bisa melakukannya. Aku sempat berpikir, benar juga, apa yang tidak bisa
di dunia ini, selagi kita mampu melakukannya. Pelatihan mulai aku lanjutkan,
tak terasa semakin hari semakin bisa. Emosi kita telah terkontrol di sini,
dengan diadakannya 1 jam sikap sempurna, 1 jam istirahat di tempat, dan
setengah jam hormat. Pegal dan melelahkannya minta ampun, bagi siapa saja yang
tidak merasakannya kelihatannya biasa saja. Tapi bagiku emosi dan kesal lah
yang membuat pegal dan rasanya ingin melawan. Tapi bagaimanapun juga itulah
tips instruktur dalam melatih mental seseorang.
Hari-hari yang membuatku lelah
adalah waktu pleton putera membuat variasi. Disitu instruktur menargetkan dalam
1 hari variasi harus sudah jadi. Korlap sangat kesal sekali kepada pletonku
karena anak-anak putera pada ngeyel untuk di beri tahu. Jadi, pada hari ke-3
korlap menugaskan hari itu bagaimana pun juga harus jadi. Cuaca hujan, badanku
dingin sekali tak bisa digerakan, tapi korlap menyuruh kita terus latihan
dikarenakan variasi belum juga jadi. Hujan sangat deras sekali akupun terus
latihan tanpa istirahat. Jam sudah menunjukan pukul 16.00, tetapi aku tetap
berlatih, sampai pukul 18.00 baru selesai. Variasi pun Alhamdulillah sudah
selesai dengan baik dan hasilnya pun bagus. Siap di pakai di lomba dan mungkin
bisa membuat penonton terdiam melihatnya.
Setelah mendekati H-2 kami selalu
melakukan gladi. Tetapi yang tidak disangka-sangka gladi bersih pun hampir tak
terjadi karena untuk waktu H-4 diadakannya acara sekolah yang disebut PKPS
(Pekan Kreativitas dan Prestasi Siswa) acara tahunan. Tetapi, bagaimana pun
gladi harus dilakukan, karena gladi lah yang menentukan hasil kita kelak. Dan
dilaksanakanlah gladi pada sore hari walaupun banyak panggung-panggung yang
menghalangi lapangan. Hatiku bimbang dan tak karuan pada saat itu, karena
instruktur menugaskan kita semua untuk mencari sepatu PDH sendiri, sedangkan
kau belum mendapatkannya. Ketika aku masuk kamar, aku melihat bungkusan kresek
warna hitam, di dalam hati aku bertanya-tanya. Ternyata setelah aku buka sebuah
sepatu hitam, aku terkejut, kaget, ternyata ini kiriman dari ibuku.
Kebimbangan hatiku sudah hilang. Aku
tahu bahwa orang-orang disekitarku begitu mendukungku. Pada malam harinya ku
mempersiapkan semua persiapan lomba yang terdiri dari sarung tangan, sabuk,
celana hitam, baju pedesus, sepatu PDH dan lain-lain ku kemas ke dalam tas
dengan rapih. Ke esokan harinya pencek-uppan
pun dilakukan dan masih menggunakan sikap disiplin walaupun kami sudah selesai
dari pelatihan. Aku dan lainnya di masukan ke kelas 10-2, mulai dari situ kami
sudah menjadi tanggung jawab instruktur. Jangan membantah dan turuti apa yang
dikatakan instruktur. Jam 09.00 sampai
jam 12.00 aku di sekap di kelas, bagaikan tawanan.
Tepatnya pukul 13.00 setelah kita
semua melakukan shalat jum’at, kita semua siap-siap untuk berangkat. Sebelum
melakukan pemberangkatan, di sekolah ku selalu dilakukan pelepasan ( sepatah
kata dari Pembina). Pelepasan selalu dilepaskan oleh kepala sekolah. Namun,
karena di sekolahku sedang diadakan acara tahunan, jadi kepala sekolah sangat
sibuk dan lagi tidak ada di sekolah. Pelepasan pun dilakukan oleh wakasek
kesiswaan. Setelah dilakukan pelepasan, kita semua menuju ke sebuah bus yang
berhenti di depan pintu gerbang sekolah, bus yang akan kita tumpangi adalah bus
Langgeng Jaya Holiday. Badan pun terasa sakit karena jalanan sedikit rusak dan
berbelak-belok. Dari Jampang sampai Sukabumi cukup jauh dan untuk sampai ke
sana membutuhkan waktu sampai 4 jam.
Kami semua menginap di Islamic Centre Cisaat. Setiba di sana
aku di bimbing untuk masuk ke lantai selanjutnya. Kamar putera dan puteri di
pisah. Di sana tempat tidur banyak sekali, aku sampai bingung untuk memilih
yang mana. Tempat tidur pun telah aku plih, aku memilih tempat tidur yang di
atas. Setelah semua tempat tidur masing-masing, kami semua di beri waktu untuk
istirahat. Karenan perjalanan yang sangat jauh yang membuat kita lelah, setelah
istirahat kami disuruh siap-siap untuk menuju ke masjid menunaikan ibadah
shalat ashar.
Setelah melakukan shalat ashar
bersama di masjid, saya merasa kaget, karena kamar yang akan kita tempati
ternyata ada yang menyewa kamar itu oleh sekolah lain. Kami di sana harus
menjaga sikap dan tidak leluasa. Setelah kami perhatikan ternyata mereka semua
berasal dari sekolah MAN Purabaya, dan untuk puteri pun sama ada yang mengisi
ruang tidurnya, ternyata sama, mereka adalah pleton puteri dan MAN Purabaya.
Untuk agenda disana itu banyak
sekali, mulai dari membaca yasin, renungan malam, dan lain-lain. Malam pertama
kami melakukan yasinnan di masjid, setelah melakukan yasinnan di masjid,
setelah melakukan shalat magrib kemudian kami melakukan latihan malam, supaya
besok tidak kaku. Karena hampir satu hari kami tidak melakukan latihan gerakan
dikarenakan kami semua menjadi penitia dalam acara sekolah. Pada malam itu
cuaca hujan, kami memberhentikan latihan itu. Agenda selanjutnya adalah
memeriksa GOR. Ternyata setelah di kabari GOR masih diperbaiki oleh panitia
penyelenggara. Jadi, kita semua tidak bisa melihat ke sana. Namun, ada
kebijakan dan yang hanya boleh melihat GOR hanyalah seorang danton dan penjuru.
Setelah itu kami semua di bimbing untuk masuk ke penginapan dan tidur supaya
besok tidak lelah.
Pagi pun telah menjelang. Kami semua
di bangunkan tepat pukul 04.00 untuk menunaikan shalat shubuh dan sekalian
mandi. Setelah mandi dan melakukan shalat shubuh kita semua di suruh
cepat-cepat ke penginapan dan mengganti baju memakai baju kebanggaan kita
semua, yaitu baju PEDESUS (Pakaian Dinas Khusus). Pakaian di gantung dan sudah
siap di pakai, pakaian Nampak bersih dan rapih. Semua itu dilakukan oleh instruktur kami semalaman. Setelah semua
lengkap di pakai kecuali dahrim, kita semua disuruh mengenakan jaket supaya
tidak terlihat oleh orang lain. Apalagi sama tetangga kita yang sama-sama tidur
di penginapan yang sama.
Setelah semua mengenakan pakaian, kita
semua pergi ke GOR Cisaat, tepatnya lomba dilaksanakan. Setelah sampai di depan
GOR jaket yang kita kenakan langsung di buka dan di kemas oleh instruktur, kita
semua siap berbaris untuk memasuki GOR karena agendanya itu upacara pembukaan.
Setelah upacara selesai kami semua langsung ke luar lewat pintu belakang untuk
mempersiapkan seluruhnya, terutama mental. Pletonku mendapat undian tampil
nomer 4. Maka dari itu setelah melakukan upacara pembukaan pleton putera segera
mempersiapkan segala sesuatunya. Penampilan pertama ialah pleton puteri SMK
Al-Madani.
Setelah dahrim dipakai, kita semua
mulai berbaris di depan pintu gerbang GOR . pada saat itu aku belum merasakan
tegangnya lomba. Sebelum masuk ke DP 2 kita semua melakukan pengecapan tangan
oleh anggota PPI 2010. DP demi DP, dan sampailah ke DP 1. Menunggu penampilan
dari sekolah lain. Posisi kita di balik kanan kan sambil istirahat di tempat
agar tidak tegang melihat orang lain. Pada saat pemanggilan penjuru, di situlah
hatiku mulai merasakan tidak enak, jantung dag dig dug dan badan terasa dingin,
aku jalani semua dengan semangat karena bagaimanapun juga inilah penentu
latihan kami berbulan-bulan hanya dengan waktu sebelas menit.
Alhamdulillah berjalan dengan
lancar, aku berjanji di hati bahwa bila lomba telah selesai aku tidak akan
menangis. Tetapi ketika aku melihat penjuru menangis hatiku terbawa sedih dan
akhirnya akupun ikut menangis juga. Tak ku sangka kakak perempuan ku menyempatkan
hadir hanya untuk melihat penampilan ku.setelah semua reda dari kebahagiaan,
kita semua di bimbing untuk kembali ke penginapan. Di sana pleton puteri masih
di sekap karena peraturan bagi Jampang tidak boleh melihat peserta lain
terlebih dahulu tampil. Tugas kita semua telah bebas. Kita semua beristirahat
sampai menjelang waktu shalat dzuhur. Kita semua beristirahat sambil bercanda
gurau. Di pikiran kita semua bahwa pleton kita lah yang paling terbaik dan akan
mendapat hasil yang memuaskan.
Setelah melakukan shalat dzuhur kita
semua memakai pakaian PEDESUS lagi dan akan menonton pleton puteri tampil.
Pleton puteri pun tampil dan akhirnya Alhamdulillah lancar. Setelah melihat
pleton puteri aku melihat penampilan dari Cikembar dan Man Purabaya. Setelah
itu kami semua kembali ke penginapan, dan untuk pembagian piala itu selalu
dilakukan setelah shalat isya. Dan kita pun setelah melakukan shalat magrib
segera berkemas untuk bergegas pergi.
Kita semua meninggalkan penginapan
itu untuk pergi ke GOR untuk menunggu pengumuman. Sewaktu kita masuk ternyata
masih banyak peserta yang belum tampil. Aku di situ sempat melihat-lihat
penampilan dari pleton putera SMA Al-Madani. Penampilannya membuat ku merinding
karena cukup memuaskan. Setelah semua peserta sudah tampil kira-kira jam 20.30
peserta di suruh turun ke bawah karena akan diadakan upacara penutupan. Para
dewan juri sedang menjumlahkan hasilnya. Kita semua menunggu sangat lama, mata
ku mengantuk sekali karena kita menunggu dari jam 19.00 dan ternyata di
umumkannya pukul 23.00. para panitia mengadakan hiburan untuk kita semua sambil
menunggu keputusan dewan juri. Tepatnya pukul 23.30 dewan juri pun keluar dan
mengumumkan hasilnya. Hatiku dag dig dug saat menunggu juri mengumumkan. Dan
akhirnya untuk pleton putera mendapatkan danton terbaik, kostum terbaik,
kemudian untuk pleton puteri mendapatkan variasi terbaik ke 3.
Aku sangat berterima kasih kepada
Tuhan karena hasilnya tidak begitu mengecewakan. Tapi bila akau harus jujur aku
sangat kecewa. Tapi aku senang hasil itu karena LKBB lah yang aku inginkan.
Setelah pembagian kejuaraan di umumkan kita semua pulang dengan menggunakan bus
Langgeng Jaya Holiday. Pihak sekolah pun sangat bangga atas hasilnya.
Selang 2 minggu kita istirahat,
kemudian mendengar kabar bahwa di tingkat kota madya akan melakukan LKBB. Untuk
mewakili dari sekolah ku yaitu pleton dengan jumlah yang sedikit. Dan hanya 1
pleton, itu juga yang akan mengikuti lomba adalah anak-anak dari kelas 11 (para
seniorku). Tetapi tidak tahu apa yang terjadi, peserta yang akan melaksanakan
lomba pun di gantikan oleh anak-anak kelas 10 dan untuk pleton menjadi 2 yang
dikirimkan. Maka, masih banyak waktu untuk menyamakan gerakan dan hanya 3 orang
anak kelas 11 yang ikut dikarenakan peraturannta itu harus 19 orang+danton.
Kita semua sudah siap menghadapi
saingan di kota madya karena mental kami telah di uji pada saat lomba di kabupaten.
Kita semua siap bersaing. Dan
pemberangkatan di laksanakan setelah shalat dzuhur.
Bus yang akui tumpangi telah tiba di
depan gerbang. Ketika matahari sudah turun, terik matahari di tambah dengan
panasnya badan dan mesin bus, penumpang pun begitu penuh sehingga sesama
penumpang saling bersinggungan badan. Namun, di sebelahku ada jendela yang aku
buka untuk udara masuk ke bus supaya tidak terlalu sesak.
Tak kusangka akupun tidur dan
sadar-sadar sudah sampai di terminal lembur situ. Kita semua bermalam di kakak
dari alumni SMANJAK juga, yaitu di jalan Sriwedari. Ketika kaki ku berjalan ke
penginapan ternyata itu sangat kecil tapi tak membuat kita semua menjadi
mengeluh dan bagaimana pun juga kita semua harus bisa cukup.
Aku tau sekolah kurang mendukung
kepergian kita semua. Tapi, di dalam benak kita semua kita tunjukan kepada sekolah
kita bahwa kita mandiri dan bisa. Ketika subuh-subuh aku dan teman-teman di
suruh pergi ke masjid untuk shalat subuh dan mandi. Kami semua berjalan kaki
untuk menuju ke Lapang merdeka. Pada hari itu hari sabtu dan hari itu hanyalah
upacara pembuaan saja. Pada hari sabtu hanya diadakan perlombaan tinggkat SD,
dan pada saat itu aku melihat SD Curug Hilir perwakilan dari daerah
Jampangkulon sekaligus sebagai juara umumnya.
Pada hari kedua tepatnya hari minggu
lomba pun dilaksanakan untuk tingkat SMA, karena kita semua mendapat undian ke
28 jadi paginya kita hanya duduk santai sambil melihat orang lain tampil. Kita
pun di pulangkan dulu ke penginapan untuk menunggu saatnya tampil, dan sambil
beristirahat sejenak.
Lomba pun kita laksanakan pada jam
14.00. Alhamdulillah berjalan dengan lancar dan akhirnya kita semua merasa
tenang. Pengumuman kejuaraan di umukan pada malam hari tepatnya pukul 20.00.
sambil menunggu keputusan juri panitia pun mengadakan permainan dulu, agar dari
tiap sekolah tampil kedepan .
Permaian pun sudah dilaksanakan.
Akhirnya keputusan juri pun di bacakan dan semua merasa gugup tak karuan.
Jantungku dag dig dug menunggu keputusan juri. Akhirnya untuk putera
mendapatkan juara 2 madya, dan untuk puteri mendapat juara 3 madya, serta ada
satu lagi yaitu variasi terbaik putera. Akhirnya kita semua membawa piala untuk
sekolah, perjuangan kita selama ini tidak sia-sia.
Jadi untuk mencapai keberhasilan
tidaklah mudah, harus ada perjuangan dan pengorbanan, selain itu juga lelahnya
pengorbanan dapat tergantikan dengan datangnya keberhasilan.
*Sinopsis
:
Suatu
saat di mulai latihan LKBB di SMAN 1 Jampangkulon, aku mengikutinya dengan
semangat untuk mengikuti LKBB tingkat Kabupaten Sukabumi di GOR Cisaat.
Berbagai ujian selalu menghampiri ku. Aku sempat putus asa tapi akhirnya
kembali sadar.
Dan tiba lah pada saat kami harus
berangkat. Sesampainya kami di penginapan Islamic
Centre Cisaat kami langsung beristirahat. Dan pagi harinya kami bersiap
untuk mengikuti lomba dan hasilnya pun cukup memuaskan. Kami pun kembali ke
rumah masing-masing.
Selang 2 minggu ada lagi LKBB
tingkat Kota Madya Sukabumi. Dan kembali kami mengikutinya tetapi dengan
personil 19+danton. Banyak sekali pro dan kontra yang menghiasi persiapan perlombaan
pada saat ini.
Kami pun sampai di tempat
penginapan, yaitu kos alumni SMAN 1 Jampangkulon. Dan kembali hasilnya pun
tidak mengecewakan. Kita berhasil 2 kali membanggakan sekolah.
Bagaimanakah kisahnya?
Dimas
Maharditia Agata, lahir hari rabu 29 Juni 1994 di Sukabumi. Ia adalah asli
orang Lengkong-Sukabumi, tetapi dikarenakan ia sekarang sedang menempuh
pendidikan di SMAN 1 Jampangkulon kelas X-1 jadi dia bertempat tinggal
sementara di saudaranya di kampung Situhiang-Jampangkulon.
Ia memiliki cita-cita ingin menjadi
polisi militer. Hobinya adalah berolahraga terutama volley ball.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar