Search this bog

Selasa, 20 September 2011

Cerpen Ariska


Jalan Cinta
Oleh: Ariska Purwanti

            Di malam yang sunyi tampak bulan sedang bercanda rayu dengan ribuan bintang, anginpun berbisik-bisik penuh mesra.
            Disaat aku berada dalam istana kecilku yang tidak lain adalah kamarku sendiri, kegiatanku memang jikalau setiap malam biasa ditemani dengan cemilanku, novel-novelku  dan saat itu aku ditemani dengan radioku. Entah mengapa ketika malam itu aku ingin sekali mendengarkan siaran di radi tersebut. Hem… penyiar pun telah terdengar, partisipasi-partisipasi dari orang-orangpun telah dibacakan oleh penyiar. Dalam acara radio tersebut ternyata acaranya itu sedang acara tebar pesona (acara yang ingin disebarkan nomor handphonenya khususnya untuk orang-orang single). Tidak berapa lama aku mendengar ada seorang pria yang ingin nomor handphonenya disebarkan, akupun iseng untuk manyimpan nomor handphone pria tersebut. Namanya itu Rian, ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
            Kemudian, aku menghubungi nomor handphonenya tersebut. Ya diapun merespon, aku berkomunnikasi terus sama dia lewat pesan singkat ataupun berteleponan,  lama kelamaan dia mengajak aku ketemuan, ya akupun menerima ajakannya ia karena apa salahnya aku ingin mengetahui orangnya itu bagaimana dan seperti apa. Akhirnya akupun bertemu dengan ia di suatu tempat, kebetulan ia waktu itu tidak sendirian melainkan ia ditemani oleh teman-temannya, ternyat sebagian dari temannya itu ada yang aku kenal, akupun berjabat tangan dengan ia dan teman-temannya. Matahari saat itu tersenyum begitu lebar  seperti hatiku yang sedang tersenyum. Namun sayang mataharinya sudah melambaikan tangan karena malampun akan tiba.
                                                    ***
Malampun tiba seperti biasanya aku mendengarkan siaran radio lagi, akupun ikut berparstisipasi begitupun dengan Rian kenalan baruku lewat radio itu. Namun tidak ku sangka ada temannya yang nekad ikut berparstisipasi temannya itu bernama Tian.
“ Abang penyiar aku minta nomor handphonenya Anti !” Itulah pesan singkat Tian yang dibacakan oleh penyiar radio tersebut.
Tidak ku sangka ternyata temannya begitu nekad sampai-sampai minta nomor handphone aku lewat radio, yang didengar banyak orang. Sang penyiarpun mengacuhkan permintaan Tian itu, ku akui memang Tian itu menarik.
                                                         ***
Haripun terus berganti dan Tian selalu meminta nomor handphonenya aku ke penyiar. Lucunya ketika ia berkata
“Abang penyiar bilangin ke Anti, Anti… minta nomor handphonenya, soalnya minta ke Rian itu pelit”
Ternyata Tian makin hari itu makin nekat juga, hingga akhirnya Tian mendapatkan nomor handphone aku. Aku bertanya-bertanya dari mana Tian bisa mendapatkan nomor aku, iapun waktu itu menelponku.
“Ini dengan siapa?” Kataku.
“Ini dengan Tian temannya Rian!” Jawabnya.
“Dari mana akhirnya kakak bisa mendapatkan nomor Anti?” Tanyaku kembali.
“Begini ceritanya, ketika itu kakakkan sedang diperjalanan pulang ke rumah, soalnyan kakakkan ngekos de. Kemudian yang membawa motor itu kan Rian, lalu handphonenya Rian berbunyi dan kakak yang melihat handphonenya tersebut, ternyata ada pesan dari ade. Hemmm…. Kakak dari situ punya ide de, untuk mengambil nomornya ade, sebab meminta dari kemarin sama Rian tidak diberi-beri de, kakak terpaksa melakukan ini de.” Jawabnya.
“Ia… Tidak apa-apa” Kataku sambil tersnyum dan berpamitan.
***
Waktupun terus bergulir, aku dengan Tianpun semakin sering untuk saling berkomunikasi. Tetapi akupun terfikir, dahulu aku pernah merasakan hal yang seperti ini. Saat itu aku mengenal dua pria yang bersahabat, mereka adalah Tio dan Kiki. Awalnya aku mengenal sosok Tio, sehingga ada suatu kedekatan antara aku dan Tio. Namun, tiba-tiba sosok Kiki datang, dan apa yang terjadi, ternyata Kikilah yang bisa memikat hatiku. Tapi hubunganku denga Kiki tidak begitu lama hanya beberapa bulan, betapa hancur berkeping-keping hati ini ketika hubunganku berakhir, karena ternyata Kiki selama ini mempermainkanku saja. Aku salah memebaca hati mereka, aku lebih memeilih Kiki dari pada Tio padahal ketulusan cinta ada pada Tio, Sungguh aku menyesali kejadian pada saat itu dan apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Akupun selalu cemas karena kejadian itu takut terulang kembali, aku memang pernah cerita tentang pengalamanku itu sama Tian, dan Tianpun selalu memberikan ketenangan dengan nasehat-nasehatnya.
***
            Enam hari aku telah mengenal Tian, aku rasakan Tian itu orangnya baik, perhatian dan sopan sekali. Saat itu aku bingung karena Rian juga sangat baik, tapi aku harus memilih diantara mereka karena cintaku tidak dapat dibagi untuk dua hati. Hatikupun gundah gulana, aku takut kalau kejadian masa laluku kembali terjadi lagi. Tapi aku tetap harus memilih, dan akhirnyapun aku putuskan untuk lebih mengenal dekat lagi dengan Tian, meski aku belum begitu yakin, namun ini sudah menjadi keputusanku.
***
            Saat itu matahari tersenyum begitu bahagia dan hawa panasnya sangat menyejukan badanku, mungkin karena perasaanku saat itu sedang bahagia karena aku menemukan sosok seorang pria yang aku idam-idamkan. Setelah lebih lama aku mengenal Tian dan tidak aku sangka ternyata Tian menyukai aku, dia mengungkapkan perasaanya.
            “De kakak semenjak mengenal ade, kakak sudah merasakan getar-getar, kakak awalnya tidak tau getaran apa itu, tapi ternyata sekarang kakak sudah tau bahwa getaran itu adalah getaran cinta. De ade mengertikan maksud kakak ini?” Ungkapnya.
            “Maaf kak bisa diperjelas omongannya, jangan bertele-tele begitu!” Pintaku.
            “De maksud kak itu, kakak mencintai ade, ade mau tidak menjadi pacar kakak?” Tanyanya.
            “Maaf kak pacar? Apa kakak tidak salah, bukankah kita baru kenal itu juga cuman baru satu minggu lebih?” Tanyaku kembali.
            “De sebenarnya kakak itu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, bagaimana de mau kan jadi pacar kakak?” Ucapnya.
            “Hem.... Bagaimana ya kak de masih ragu, tapi kalau kakak memang suka sama ade, de minta waktunya dulu untuk menjawab pertanyaan kakak itu, tidak apa-apakan?” Jawabku.
            “Ya tidak apa-apa de, tapi de minta waktunya berapa lama? Kakak harap jangan terlalu lama ya!” Cakapnya dengan suara lesu.
            “Tidak kok kak, de gak bakalan minta waktu terlalu lama, kakak sabar aja kalau memang mengharapkan ade sebagai pacar kakak!” Jawabku.
            “Ya de kakak bakalan sabar kok, untuk ade apa sih yang engga” Gombalnya.
***
            Waktu tidak terasa satu minggu aku berfikir untuk menjawab pertanyaan Tian, dan Tianpun setiap menghubungi aku selalu menanyakan persoalan itu. Akhirnya aku memepunyai jawabannya untuk menjawab pertanyaan Tian, kebetulan waktu itu Tian menghubungi aku lagi.
            “De ade lagi apa, bagaimana kabarnya?” Tanyanya.
            “Lagi mendengarkan musik, de sehat kok kak. Oh ya, kak masih butuh jawaban yang kemarin gak?” Tanyaku dengan nada malu.
            “Ya tentu de, kakak masih butuh sekali jawabannya, bagaimana de jawabanya?” Tanyanya dengan nada yang begitu amat penasaraan.
            “Hem... Bagaimana ya, duh kayanya tidak bisa kak!”
            “Apa de tidak bisa?” Tian memotong pembicaraanku.
            “Kak dengarkan dulu, maksudnya de gak bisa untuk menolak kakak, alias de mau jadi pacarnya kakak!” Ucapku dengan malu.
            “Serius de, ade menerima kakak? Terimakasih ya de sudah mau menerima kakak sebagai pacar ade, kakak janji gak bakalan mengecewakan ade” Gombalnya.
            “Hem... Gak usah janji-janji kak, kakak buktiin aja ya!” Ungkapku.
            Momen itu tepat pada tanggal 07 Oktober 2009, aku tidak pernah melupakan momen tersebut sampai saat ini.
***
            Waktu terus bergulir setengah tahun sudahku lalui bersamanya, pahit manisnya hubungan ini aku alaui dan rasakan bersamanya. Ia begitu amat baik kepadaku, baru kali ini aku mengetahui apa akan arti cinta yang sesungguhnya. Namun, cobaan datang tidak aku sangka-sangka dan tidak aku duga, ia berselingkuh dengan teman satu sekolahku yang bernama Novi, saat itu hatiku begitu perih. Namun, Tian mencoba terus menerus menjelaskan kesalahannya itu padaku. Namun aku tetap tidak percaya sebelum Novi juga mengaku salah, tetapi Novi malah tetap ngotot merasa tidak bersalah, malahan Novi tetap menyalahkan Tian. Aku bingung sebanarnya mana yang salah dan mana yang benar, air mataku terus mengalir menganak sungai. Tidak aku sangka Tian yang sangat aku percaya tetapi malah mengkhianati kepercayaanku tersebut.
***
            Karena aku ingin segera menyelesaikan permasalahan ini, akhirnya aku menemui Tian. Ternyata Tian ketika itu sedang murung, wajahnya pucat seperti mayat. Mungkin karena Tian merasa bersalah kepadaku.
            “Kak apa maksud kakak ini, kakak keterlaluan menusukku dari belakang, kakak itu jahat sekali sama aku” Ucapku sambil menangis di depannya.
            Ia hanya bisa terpaku diam membisu dan mematung, tak menjawab sedikitpun pertanyaanku itu. Tapi saat itu ada temannya yang sudah ia anggap sebagai kakak dan temannya itu membantu permasalahan aku dan Tian, temannya Tian terus menerus menasehati agar hubungan kami baik-baik saja dan tetap bisa berlanjut kembali. Akhirnya setelah mendengarkan nasehat dari temannya Tian itu, kami bersatu kembali. Setelah kejadian tersebut, aku pada Tian entah mengapa tidak bisa memberikan kepercayaan yang seperti dulu, Tian terus menerus membuktikan besar cintanya kepadaku, ia selalu ada dimana aku membutuhkannya. Setiap aku pulang sekolah ia sudah ada di depan gerbang sekolahku untuk menjemputku. Kejadian-kejadian itu benar-benar merubah kisah cintaku, kini tidak ada lagi cek-cok antara aku dan Tian, malah timbul kedekatan antara Tian dan keluargaku, sehingga ibukupun menganggap Tian sebagai anaknya, mungkin karena ibuku juga sangat menyayangi Tian.
***
            Tidak terasa satu tahun sudah hubunganku berjalan, cintakupun semakin bergebu-gebu pada Tian begitupun dengan cintanya Tian kepadaku, bahkan dari jalinan cinta ini aku tak ingin lagi bermain-main dengan cinta. Begitu baiknya Tian saking perhatiannya ia rela malam-malam mengantarkan makanan padaku setiap aku sibuk dengan kegiatan-kegiatan di sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu karena aku sibuk dengan kegiatan di sekolah, sulit kuberikan waktu banyak untuk bersama Tian. Hingga akhirnya aku merasakan ada perbedaan dengan Tian, cintanyapun seperti mulai memudar tak ada perhatian sedikitpun yang Tian berikan untukku, karena penasaran dengan perubahan sikapnya itu akupun langsung menanyakan padanya, kenapa Tian bisa berubah seperti itu padaku.
            “Kak kenapa kakak berubah?” Tanyaku lewat telepon.
            “Gak, gak ada apa-apa kok de!” Jawabnya dengan lesu.
            “Kak jawab yang jujur, ade bisa merasakan perubahan yang begitu derastis dari kaka, ade membutuhkan kejujuran dari kakak”.
            Tiba-tiba teleponku ditutup, namun setelah beberapa menit kemudian Tian kembali menelponku dan kuangkat teleponnya itu.
            “Kenapa kak tadi teleponnya dimatiin, ada apa sebenarnya dengan kakak ini?”
            “De maaf ya sebelumnya, sebenarnya kakak ingin bilang sesuatu, de kakak rasa hubungan kita cukup sampai disini”
            Seketika kututup handphoneku rasanya aku tak sanggup untuk bicara, mungkinkah ini sebuah mimpi atau kenyataan? Mengapa semua ini terjadi, padahal Tian itu tidak suka akan kalimat putus. Namun, mengapa Tian berdusta dan malah menelan ludah sendiri. Sungguh jalan cintaku ini begitu berliku-liku dan mungkin ini adalah teguran Tuhan untukku, memang awalnya aku sempat putus asa malah aku merasa Tuhan itu tidak adil kepadaku, aku sempat uring-uringan, murung, mungkin karena putusnya hubungan aku dan Tian itu tidak lain karena datangnya orang ke tiga diantara hubungan aku dan Tian, akupun berfikir bagaimana jikalau orang-oarang mengetahui bahwa hubunganku yang sudah dibina dengan lamanya tetapi malah berakhir dengan begini, apa lagi, bagaimana jika kedua orangtuaku mengetahui pengkhianatannya Tian kepadaku, aku tidak bisa membayangkan betapa kecewanya orangtuaku kepada Tian yang sudah meraka anggap sebagai anaknya sendiri. Tetapi akhirnya aku sadar, mungkin inilah yang terbaik untukku karena aku percaya dibalik semua cobaan yang Tuhan berikan kepadaku Dia mempunyai rencana yang lebih indah untukku yang tidak pernah aku ketahui.




















           
            *Sinopsis
            Anti adalah seorang gadis remaja yang belajar cinta dan iapun mengetahui akan arti cinta yang sesungguhnya itu, ia juga menemukan sosok pujaan hatinnya yang ia idam-idamkan. Segala macam cobaanpun dan pahit manisnya cintapun ia lalui  bersma kekasihnya. Namun, tiba-tiba masalah datang dengan bertubi-tubi kekasihnya memutuskannya karena datangnya orang ke tiga, tetapi ia bisa sadar karena mungkin itu adalah memang jalan cintanya.

 



            *Biodata Pengarang
            Ariska Purwanti lahir di Sukabumi, pada tanggal 17 November 1994. Ia merupakan salah satu siswi kelas sepuluh satu SMA Negeri 1 Jampangkulon yang beralamatkan di Jalan Warungtagog No. 300, Jampangkulon, Sukabumi. Kini ia tinggal di Kampung Nyalindung Rt.026 Rw.007, Desa Karanganyar, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Nomor telepon yang bisa dihubungi: 085720720152


           
















           








Tidak ada komentar:

Posting Komentar