Search this bog

Selasa, 20 September 2011

Cerpen Gelar


Buku Tua
Karya: Gelar Dwiyanwar
Kadang kala pengalaman membuat kita tersenyum dan bisa membuat kita kecewa di temani langit yang kelam di malam  sunyi dan pekat. Bahkan, bintang-bintang yang bertaburan dan bulan yang terang seperti disembunyikan oleh selubung yang hitam. Lukisan malam yang sunyi terasa semakin sempurna menegakan pilar kedukaan hatiku. Dan di temani pensil usam pemberian dari dia. Aku meratapi kesedihanku, Mungkin hanya ini kenangan dari dia.
Tiba-tiba terdengar suara memanggilku, aku baru sadar bahwa aku semalaman tertidur dan aku pun ingat bahwa aku belum melaksanakan shalat subuh kemudian dengan cepat tanganku ini memegang jam wekker tua yang penuh dengan debu kenangan. Ternyata sudah jam 04.40 pagi, aku pun bangun tetapi dengan  waktu yang bersamaan pintu kamar tidurku terbuka, “Oh ternyata itu adalah ibuku.” Ujarku dalam hati.
”Ade ayo bangun. Hari telah pagi, ayo segera cuci muka dan berwudhu
kemudian cepat shalat.” Ucap ibuku ketika mata ku masih terbata-bata.
“Iya, bu.” Jawabku dengan tampak malas bergerak.
Aku pun langsung mencuci muka dan mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan kewajibaku  sebagai seorang muslim yaitu melaksanakan shalat.
Pagi ini suara kerumunan orang terdengar bergemuruh di telingaku, karena hari ini hari libur aku mencoba untuk membuka-buka buku yang telah lama ku simpan dan tak pernah sedikitpun ku sentuh. Dengan tidak sengaja mata ku tertuju kesebuah arah, aku melihat sebuah buku tua yang dikelilingi dengan debu-debu.
Tanganku pun menghampiri buku tersebut.
“De, ayo makan dulu?” Kata ibuku mengagetkanku.
“Oh iya bu, sebentar lagi.” Jawabku sambil menoleh kepada ibuku.
“Oh ya, de kenapa tidak sekolah?” Tanya ibuku dengan nada heran.
“Oh, guru-gurunya rapat bu.” Jawabku.
Akupun langsung pergi sarapan dengan ditemani perasaan penasaran apa isi buku tua itu aku menghabiskan sepiring nasi yang ditemani ikan goreng buatan  ibuku. Setelah sarapan aku langsung kembali ke tempat buku itu. Tanganku pun menghampiri buku itu. Dengan penuh perasaan  aku langsung mengambil buku itu dan duduk di beranda kamarku. Sambil membersihkan buku itu dengan perlahan, ku terus membuka lembaran demi lembaran dalam buku tersebut ternyata buku ini adalah buku diary ku.
Lembaran demi lembaran ku buka. Aku tidak sengaja membaca sebuah syair lagu yang pernah aku tulis di lembaran itu. Syair itu mengingatkanku dengan sahabat-sahabat di kelasku dan orang-orang yang pernah ku kenal dan sahabat-sahabat karibku. Dulu kami selalu bermain bersama dan canda, tawa, kesedihan, kami lewati bersama tapi kini hanya masa lalu belaka.
Akupun dulu pernah mempunyai sebuah group band yang syair dalam buku tua ini pernah di jadikan sebuah lagu andalan band itu. Dengan hanya beberapa pentas kami bisa mendapatkan penghargaan.
***
Menginjak kelas tiga SMP aku mulai mempunyai banyak teman. Pada saat itu ketika akhir semester pertama di adakan lomba festival band aku dan ke empat temanku membuat sebuah grup band yang sederhana. Grup band ini di bentuk karena  kami saling mengenal kami dipertemukan pada saat kami terjun dalam organisasi seni.
Saat kami bertarung di medan laga yang di saksikan oleh seluruh kelas. Aku sangat malu dan selalu memalingkan wajahku. Ketika aku melihat ke depan tubuhku serasa bergetar sangat kencang walaupun saat itu aku bukan vocalis melainkan gitaris. Tetapi tubuhku selalu bergetar saat menatap ke depan.
Aku ingat kami hanya berlatih dengan gitar yang seadanya. dan hanya beberapa kali kami mencoba berlatih di studio band itu pun bisa dihitung oleh jari. Awalnya akulah voklisnya tetapi karena ada konflik bersama temanku aku mencoba untuk bermain gitar. Ya walaupun begitu aku tetap berlatih dengan baik. Kami bisa menampilkan sesuatu penampilan dan alhamdulillah kami bisa menjadi juara kedua.
Waktu demi waktu terus berlalu kami pun sering berkumpul bersama. Pada suatu hari terik matahari mulai redup tertutup awan yang kelam. Aku duduk sendirian dengan ditemani sebuah handpone yang usam. Tiba-tiba handpone ku berbunyi.
“Ya, siapa?” Tanyaku.
“Aku Uzi” Jawabnya.
“Ada apa ya Zi” Tanyaku.
Ternyata dia mengajak pentas di ulang tahun mantan pacarnya. Aku menginformasikan kepada seluruh personil band ku. Kamipun berlatih dan akhirnya ketika tampil semua penonton bisa menikmati penampilanku dan teman-temanku itu. Dengan menggunakan costume kebanggaan kami yaitu Logaritma. Walaupun aku tidak tampil dengan sangat sempurna. Aku tetap bersyukur. Dan apakah kalian tau? Aku saat itu menjadi vokalisnya.
Setelah itu aku terus menjadi vokalis band itu. Bulan terus berganti bulan ditemani waktu yang terus berputar dengan cepat. Tibalah kami melaksanakan ujian. Alhamdulillah semua kelas 3 SMP ku bisa lulus dan bisa melanjutkan ke SMA. Selang beberapa minggu diadakan perpisahan di sekolahku.
“Hei, lagi apa?” Tanya seseorang padaku.
Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata dia adalah seorang laki-laki berambut kriting, dengan kulit yang sawo matang membuatnya dikelilingi banyak perempuan. Namanya ilham dia adalah gitaris bandku.
“Oh Am, tidak lagi apa-apa.” Jawabku.
“Kamu tidak tau ya kalau band kita disuruh untuk memeriahkan perpisahan tahun ini.” Tanya ilham padaku.
“Oh aku tidak tahu.” Jawabku.
Tiba-tiba datang seorang pria. Berwajah tampan dengan kulitnya yang putih. Ternyata itu adalah Riches. Dia adalah dramer band ku.
“Kita mau membawakan lagu apa buat nanti.” Tanya riches.
“Kita lagu j-rock saja dan satu lagi kita bawakan lagu ciptaan saja.” Tiba-tiba Seseorang berkata dari kejauhan. dia mempunyai kulit sawo matang dan bermata seperti bola bekel. Ternyata dia adalah ikbal basis band kami.
Siangpun berganti malam akupun terus berpikir bagaimana membuat sebuah lirik lagu. Tiba-tiba akupun mendapat inspirasi dari teman-temanku
“Ketika kenyataan pahit ini harus kita jalani. Yangkan membuat raga kita tak mungkin lagi terus bersama. Canda tawa dan senyuman yang selalu temani hari-hariku. Kini hanya akan menjadi puing-puing kenangan. Walau memang kita kan terpisah tapi yakinlah ku tetap disampingmu kawan, satukan hati kita walau badai t-rus menenjang membelenggu, dan kita tak akan pernah terpisah dan selalu bersama tuk mengukir kemenangan sejati.”
Hanya itu lah perasaan yang dapat ku ungkapkan dalam sebuah syair lagu. Kemudian temanku ikbal membuat irama untuk syair tersebut. Aku dan teman-temanku terus berlatih hanya memakai tiga gitar yang ditemani senar-senar yang kokoh.
Seminggu telah berlalu tibalah untuk menampilkan performane kami bermain band. Dengan dihadiri seluruh keluarga besar SMP ku dan dihadiri seluruh orang tua siswa kelas tiga. aku menampilkan penampilan yang menurutku adalah penampilanku dengan sepenuh hati. Dan alhamdulillah ternyata para penonton pun dapat terhibur.
Dan aku ingat bahwa nama band kami itu adalah logaritma. Aku tak tahu apa arti dari logaritma itu???
 ***
“Hei, de lagi apa?” Kata ayahku mengagetkanku.
“Ah Ayah mengagetkanku saja, aku lagi baca buku.” Jawabku.
“Oh, kenapa tidak sekolah?” Tanya Ayahku.
“Guru-gurunya rapat, Ayah.” Jawabku.
“ Ayah kenapa tidak ke sekolah?” Tanyaku.
“Kan ini mau berangkat.” Jawab Ayahku.
Ayahkupun langsung pergi kesekolah dengan ditemani sepeda motor tua kepunyaannya. Aku hanya tersenyum melihat ayahku.
Akupun kembali membuka lembaran demi lembaran. Tiba-tiba aku melihat sebuah lirik lagu di akhir lembaran buku tua itu. Aku pernah menulis sebuah lirik lagu dalam buku tua  ini terkisah dari sebuah pengalaman ku waktu dulu. Tentang cinta peratamaku. Dan tentang pengalamanku.

***
Berawal dari keikut sertaanku dalam berbagai bidang lomba seni di SMP ku. Aku menemukan sesosok perempuan yang  berparas cantik dengan senyum yang indah dan rambut yang lurus yang begitu mempesona. Dan dengan senyuman yang mesra yang selalu terlontar dari dia, dan  matanya yang indah, membuatku terhanyut dalam gelombang asmara.
Ku mulai mengenalnya saat tugas pertamaku dalam lomba seni ialah lomba FLS2N se- wilayah VI  Jampangkulon, saat itu aku bertemu dengan dia cinta pertamaku. Nama panggilannya Vhey, dia selalu tersenyum kepadaku ketika aku sedang berlatih. Wajahnya terlihat begitu indah untuk dipandang.
Hampir setiap kali latihan aku selalu memperhatikan nya, dia selalu tersenyum kepadaku. Hatiku mulai bertanya-baertanya, “Oh Tuhan, mengapa hatiku selalu berdetak kencang ketika melihat senyumnya.” Gumam hatiku. Terlintas di benaku aku ingin menyapanya. Tapi kenapa ketika ku mendekatinya mulut ku enggan berkata seakan-akan membisu.
Setelah beberapa hari berlatih, tibalah saatnya aku dan teman-teman. Berjuang di medan laga. Saat it kami mengikuti lomba festival musik tradisional. Meskipun aku dan teman-teman ku agak malu, karena penampilan kami yang ditata menyerupai badut tapi apa boleh buat demi sekolah kami harus berani.
Tiba-tiba ada seorang gadis berpegangan padaku, oh ternyata Vhey. Ternyata  dia mau menonton cabang lomba pertama ini tetapi dia tidak bisa melihatnya. Dia pun menaiki sebuah bangku kosong tepat di belakangku dan memegang pundaku. Saat itu Jantungku malah berdetak tidak karuan seakan-akan tubuhku tak bisa digerakan, tetapi aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Tidak kelihatan ya?” Tanyaku dengan wajah yang tegang.
Dia malah tersenyum kearahku.
Dia pun berkata, “Ya, maaf  ya aku pegang pundak kamu? Habis tidak kelihatan.”
Sambil berkata dia masih terus senyum kepadaku.
“Oh, tidak apa-apa santai saja.” Jawabku dengan penuh senyum.
Setelah beberapa waktu, giliran Vhey dan teman-temanya beraksi. Aku terus memperhatikannya. Dan mendengarkan Suaranya yang sangat merdu bagaikan Agnes Monica. Pada saat itu Vhey mengikuti lomba vokal grup. Dengan ditemani gitar bolong. Vhey dan temannya menampilkan sesuatu yang menarik dipandang dan didengarkan.
“Andaikan aku menjadi gitarisnya. Pasti aku akan semangat memainkan gitar untuk mengiri wanita idamanku.” Gumamku dalam hati.
“Hei, ayo siap-siap.” Kata temanku sambil menepuk punggungku.
Oh ternyata dia Ikbal dia adalah temen se-grupku dalam lomba festival musik tradisonal ini. Dia malah mengagetkanku saja. Hampir-hampir jantungku copot dibuatnya.
“Memang harus sekarang, kan masih banyak peserta lomba cabang ini mah.” Jawabku.
“Ah ganggu saja lagi asyik-asyiknya.” Gumam dalam hatiku.
“Ya cepet atuh kita kan harus siap-siap.” Kata Iqbal.
Kemudian datang seseorang menghampiri kami, dia berparas tampan, kulitnya sawo matang. Namanya Ramdhan. Dia salah satu anggota grupku.
“Dwi, Iqbal, buruan di tunggu sama si bapa tuh” kata Ramdhan.
“Iyaaaaaaaa.” Jawabku dan Iqbal secara serentak.
Kemudian kamipun bersiap-siap, dengan bergegas aku dan temanku meninggalkan ruangan. Ternyata ketika ku keluar ruangan aku berpapasan dengan Vhey. Dia malah tersenyum kepada ku. Oh hatikupun terasa bagaikan melayang di udara.
Setelah aku tampil tibalah saatnya hasil kejuaraan. Alhamdulillah semua cabang di menangkan oleh SMP ku dan SMP ku menjadi perwakilan untuk lomba di tingkat Kabupaten.
Hari berganti hari hasilnya setelah beberapa minggu berlatih untuk lomba di kabupaten. Aku mulai bisa dekat dengan Vhey tapi entah mengapa aku sulit menyatakan perasaan ini. Aku malu, mulutku kaku untuk bisa mengungkapkan. Aku terus memberanikan diri akhirnya mulutku pun bisa berbicara tentang perasaanku pada Vhey. Tetapi aku tak tau apakah cintaku saat di balas oleh Vhey
Pagi itu hawa dingin yang terasa mencabik-cabik kulitku menemani keberangkatku ke Sukabumi dengan seluruh temanku yang mau mengikuti lomba, sesampainya disana kami menginap di sebuah pesantren di atas kolam yang penuh dengan ikan yang bergerombol. Aku tidur seranjang dengan kaka pembinaku. Walaupun ranjang nya hanya beralaskan kain putih tetapi tidurku sangat nyenyak.
Keesokan harinya sebelum lomba, aku bersama temanku Iqbal duduk dipinggiran paggar ditemani dengan handpone pemberian Kakaku. Saat itu matahari belum menampakan wajahnya  tetapi kokokan ayam terdengar sangat jelah mengiringi pagi itu. Ketika itu Vhey lewat tepat di depanku dengan ditemani pakaian piamanya dia melontarkan senyuman kepadaku. Oh alangkah senangnya hatiku.
“Mau mandi ya Vhey?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Ya.” Jawabnya.
Diapun berlari ke teman-teman perempuannya. Dengan ditemani senyuman yang begitu indah dia memalingkan wajahnya kepadaku dari kejauhan.
Waktupun terus berjalan mengiringi langkahku. Alhamdulillah SMP ku bisa menjadi juara di tingkat Kabupaten walaupun hanya bidang festival musik tradisional saja yang mendapat juara pertama dan berhak mengikuti lomba tingkat Provinsi. Aku melihat teman-temanku yang mengikuti lomba cabang lain mereka tetap senang walaupun hanya mendapat juara kedua. Aku pun melihat Vhey tetap tersenyum kepadaku walaupun dia hanya mendapat juara ketiga.
Empat hari kemudian. Pagi yang cerah dengan diringan burung-burung yang bernyanyi dengan merdu dan kokokan ayam jantan yang seolah-olah membuka pagi itu mengiringi langkahku Dan tahukah kau pagi itu? Aku  mendapat sebuah berita bahwa aku  harus berangkat kekota Bandung untuk melaksanakan lamba festival musik tradisional tingkat Provinsi bersama keempat temanku selang dua hari lagi.
“Bu aku mau ke sekolah.”  Ujarku kepada Ibu.
            “Mau apa de?” Jawab Ibuku dengan wajah ingin tahu.
“Aku ikut lomba ke bandung bu, lomba festival musik tradisional kan kemarin di Sukabumi aku dan teman-temanku mendapat juara pertama, jadi aku harus latihan dulu bu.” Jawabku.
 “Oh benarkah?” Jawab ibuku dengan wajah penuh senyuman.
 “Ya bu.”
Kemudian akupun sarapan dengan ditemani mangkuk dan dua sahabatnya aku melahap sup ayam buatan ibuku sebelum pergi kesekolah.
“Bu aku pergi dulu, Assalamualaikum.”
 "Wa’alaikumsalam.” Jawab ibu.
Langkah demi langkah mengiringi waktu yang terus berjalan, dan latihan pun terus dijalaniku, satu hari sebelum lomba aku dan keempat temanku menginap di sekolah SMP ku terlebih dahulu di temani pembinaku karena akan mengadakan latihan malam. Hawa dingin malam itu menemani latihan kami. Malam pun semakin larut aku dan teman-temanku pun di suruh tuk tidur. Tiba-tiba saat ku akan tidur. Handpone ku berbunyi.
Asalamualaikum dwi? Jangan lupa pake switer ya? Malam ini dingin nanti sakit. Dan jangan lupa tetap semangat dan gapai kemenangan demi aku dan sekolah kita. Terus jangan lupa makan ya? Dan juga Hati-hati besok dijalan. Semoga bisa selamat sampai tujuan dan pulang membawa kabar gembira untukku. Aku selau mendoakanmu. Aku sayang padamu.”
Saat itu aku terkejut ketika membaca sms itu. Sampai-sampai tubuhkupun seperti beku terkena tumpahan es. Aku tak menyangka ternyata dia menyayangiku juga, tapi karena pulsaku habis aku tak membalas SMS itu.  
Siang itu hawa yang cukup panas mengiringi keberangkatanku bersama  pembina kesenianku sekaligus pelatihku dan keempat temanku.
Di provinsi  ternyata setelah lomba selesai dan saat nya pengumuman kejuaraan tenyata kami mendapat juara kedua terbaik se-Provinsi Jawa Barat, aku dan teman-temanku pun senang tetapi agak kecewa juga sih karena yang malah jadi juara pertamnya tidak memenuhi kriteria lomba, “Kenapa bukan kami yang menjadi juara nya?” Pikir ku dalam hati. Tetapi walaupun begitu aku tetap bersyukur kepada allah bahwa aku bisa juara walaupun hanya juara kedua.
Seiring waktu yang berputar  kami pun sampai malam itu di sekolah kami dengan membawa sebuah tropi dan lima medali perak hasil jerih payah aku dan teman-temanku. Langit yang kelam diiringi dengan bintang-bintang yang bersinar terang menemaniku menuju rumahku. Sesampainya di rumahku ibuku dan seluruh keluargaku sangat bangga dengan prestasi ku, aku sangat senang mendengar kabar tersebut.
Mentari bersinar di ufuk timur di iringi burung-burung yang bernyanyi dengan merdu dan embun pagi yang menerpa daun-daun kering di rumahku. Saat ku tatap jam di mejaku ternyata sudah pukul 07.00 pagi. Aku pun pergi ke wc yang penuh dengan harum bunga mawar yang menyegarkan kalbuku ku tatap cermin di kamar mandiku. Ku lihat dengan seksama wajahku. Tiba-tiba di benaku teringat akan wajah seseorang yang sangat ku rindui.
Dia berparas cantik dengan berbalutkan  kain-kain yang indah di wajahnya. Dan mata yang sipit. Walaupun dia agak pemarah tapi aku sangat menyayanginya. Kini dia berada jauh disana di kota yang penuh dengan kerumunan orang dan mobil-mobil yang berlalu lalang.
Percikan air diatas torn mengusap pipiku. Akupun langsung tersadar dan aku mulai membaurkan air ke seluruh bagian tubuhku dengan diiringi sabun fres. Aku ingat aku hampir lupa dengan kakakku aku belum mengabarkannya, aku pun menelpon kakaku. Dengan terburu-buru aku langsung menghubunginya.
“Asalamualaikum, ka? Bagaimana kabarnya?”
“Baik de.” Jawab kakaku.
“Kak, aku dapat juara kedua di provinsi dalam lomba seni.” Ucapku dengan penuh kesedihan.
“Apa? Bagus atuh de kaka bangga sekali sama ade.” Ujar kakaku.
“Kakak kapan pulang?” Tanyaku.
“Tidak tahu, soalnya kaka banyak tugas di sini.” Jawab kakaku.
Kemudian tiba-tiba telponnya pun terputus.

***
Aku sangat rindu dengan kakak ku saat itu dan saat ini pun aku sangat rindu terhadapnya. Aku ingat, ketika aku SD kakaku selalu membantuku belajar. Walaupun dia agak galak terhadapku tetapi aku sangat sayang kepadanya. Dia adalah kaka terbaiku. Yang kumiliki. Air bening pun membasahi pipiku dan menerpa buku yang kupegang.

***
Waktu terus berlalu aku masih belum bisa menjadikan Vhey jadi pacarku. Tetapi kami selalu dekat. Ternyata ketika aku terus mengulur-ngulur waktu untuk nembak Vhey, dia merasa bosan karena dia merasa aku ini orang yang plin-plan, akhirnya dia tak pernah mengabariku. Dan ketika menginjak kelas tiga SMP aku mendapat kabar bahwa Vhey sudah mempunyai pacar.
Hatiku kecewa, “Kau membuat sebuah goresan pedih dalam hatiku.” Gumamku dalam hati.
Pagi pun beganti malam. Malam itu ku duduk didepan hamparan kegelapan yang pekat dengan hujan yang sangat deras, walau tak ku lihat itu semua. Dengan ditemani gitar usam hadiah dari dia. Memang hanya ini kenangan yang dia berikan. Secangkir mocacino membuat ku hangat walau tuk sejenak. Seketika ku berpikir tentang dia, ku duduk termangu dengan sebuah lagu yang ku dendangkan tentang perassaan hatiku saat ini padanya.
 Ku teringat masa-masa bersama dia, senyumannya yang selalu membuat hatiku tenang. Dan paras wajahnya yang begitu mempesona, rambutnya yang lurus, matanya yang sipit, dan suaranya yang begitu merdu yang bisa mengalihkan duniaku.
Ku tau masa mudaku masih panjang sedangkan umur ku tak bisa di tentukan dan bintang-bintang pun harus ku kejar. Demi kebahagiaan keluargaku. Cinta di masa muda itu memang indah tapi ku tak tau apa itu berkah dari sang Maha Pencipta.
Malampun semakin gelap dan begitu kelam di temani bintang-bintang yang bersinar terang. Tetapi wajah Vhey terus membayangiku saat ini, aku terus berusaha melupakannya tetapi aku tak bisa karena aku terlanjur cinta.
“Ku mencintaimu seperti cintamu dulu padaku tapi mengapa kini kau pergi tanpa beri tahu apa salahku. Aku tau cintamu kini hanya untuknya, aku tau sayangmu kini hanya untuk dirinya.”
Mungkin syair lagu ini yang kuciptakan sebagai tanda kekecewaanku pada vhey.

***
“Darr.” Aku terkejut dengan spontan aku langsung menutup buku yang kupegang. Ternyata dia adalah sepupuku.
“Lagi apa nih kak?” Tanya dia.
Engga cuma baca doang” Jawabku,
“Nulis puisi tentang pacarnya ya kak?” Tanya dia kembali dengan sedikit tawa terlontar darinya.
Pada saat itu akupun teringat dengan seorang wanita yang kucintai. Dia itu berparas cantik dan kulitnya yang putih membuat dia banyak di cintai oleh pria-pria. Tetapi aku bersyukur dan bahagia karena dia memilihku tapi kini kebahagian ini menjadi sebuah bomerang untuk hatiku dia tiba-tiba mengakhiri hubungan ini dengan alasan yang sebenarnya aku belum mengerti. Dia yang selalu meperhatikanku kini dia telah pergi.
Saat-saat bersamanya selalu kuingat. senyum yang selalu menemaniku saat ku diterpa kesedihan. Kini hatiku kecewa, bagaikan di terpa badai yang merobohkan bangunan yang kokoh. Tetapi entah mengapa perasaan ini tidak bisa hilang dengan mudah seperti membalikan telapak tangan.
Aku bergumam dalam hati, ”Mengapa ya tuhan, jika ini adalah jalan terbaik untukku. Aku mohon hilangkanlah perasaanku padanya.” Mungkin kisah ini akan selalu ku kenang dalam sebuah buku tua yang sangat kelam.

*Sinopsis :
Cerita ini menceritakan seorang Remaja SMA yang sedang bersedih karena cinta. Malam itu dia memikirkan seorang gadis yang di cintanya. Pada suatu pagi ternyata dia tertidur semalaman. Diapun melakukan aktifitas pagi itu. Karena hari libur tokoh aku ini mencoba untuk membuka-buka bukunya yang terdahulu.
Ternyata dia menemukan sebuah buku tua yang didalamnya terdapat berbagai syair lagu yang mengingatkan pengalamannya tentang masa-masa SMP nya yang ketika itu ia pernah mempunyai sebuah grup band.
Lembaran demi lembaran terus dia buka dan di akhir buku tua itu ada sebuah tulisan. Apakah isi  yang ditulis pada lembar terakhir itu?apakah tentang cinta yang kelam? Ataukah hanya syair yang biasa saja???
Setelah beberapa waktu dia pun teringat kembali tentang seorang perempuan yang di cintainya saat ini. tapi kini perempuan itu adalah sebuah kenangan yang pahit. Dan diapun menulis kenangan itu dalam buku tua yang kelam.

Gelar dwiyanwar, ia dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 20 Januari 1995 ia adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan suami istri bapak Asep Supriatman dan ibu Koyah Komariah. Ia pernah menempuh pendidikan di Sekolah TK Nurulhuda Jampangkulon pada tahun 1999. Dan melanjutkan ke SD 2 Situhiang dan lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan ke SMP 1 Jampangkulon. Dan  setelah lulus dia melanjutkan pendidikan ke SMA 1 Jampangkulon sampai dengan sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar